Mengenal 7 Penulis Milenial, Andrea Hirata sampai Tere Liye

SekolahNews — Pada era milenial ini, perkembangan sastra Indonesia pun semakin pesat. Para penulis era milenial ini mempunyai gaya tersendiri dalam menarik perhatian remaja.

Remaja saat ini, lebih tertarik pada karya-karya seni yang identik dengan suasana santai, senja sore hari, hujan, kopi, puisi, dan hal-hal lain yang mereka sebut aestetik. 

Baca juga: Ingin Jadi Penulis Handal? Ini Tips-tips Menulis ala J.K. Rowling!

Berikut para penulis milenial yang telah SekolahNews rangkum dari berbagai sumber:

1. Andrea Hirata

Andrea Hirata dengan novelnya “Laskar Pelangi” dan “Sang Pemimpi” berhasil memberi pengaruh signifikan terhadap perkembangan sastra Indonesia. Karya-karyanya pun berhasil diterjemahkan ke dalam beberapa bahasa. 

2. Fiersa Besari

Penulis ini sudah sangat akrab di telinga para remaja. Siapa yang tidak mengenal lelaki pencipta dan pelantun lagu “Waktu Yang Salah” yang akhir-akhir ini ramai di telinga para remaja? Fiersa adalah seorang musisi muda bergaya indie dari Bandung. Awalnya fokusnya adalah hanya menjadi seorang musisi, tetapi setelah mengelilingi Indonesia mencoba untuk mencari jati diri dan memahami arti dari sebuah perjalanan ia memutuskan untuk menuangkan semua pengalamannya dalam tulisan.

Buku pertamanya yang berjudul “Garis Waktu” berhasil terjual hingga 20.000 eksemplar.Buku keduanya berjudul “Konspirasi Alam Semesta”. Buku ini sangat menarik karena kita tidak hanya menikmati tulisan-tulisan karyanya, kita juga dapat menikmatinya dalam bentuk musikalisasi puisi yang dikemas dalam bentuk MP3. Buku ketiganya yang merupakan spin-off dari buku sebelumnya juga tak kalah popular berjudul “Arah Langkah” dan buku keempatnya yang berjudul “Catatan Juang”. Buku kelimanya yang berjudul “11:11” dikemas dengan cara yang sama seperti pada buku keduanya. Selain pembatas buku yang dilengkapi barcode kita juga akan menemukan sebuah kaset yang terselip di dalamnya. 

3. Stefani Bella dan Syahid Muhammad.

Mereka berdua berkolaborasi menulis dua buah karya sekaligus yang berjudul “KALA” dan “Amorfati”. Kedua buku itu saling berkaitan, jadi jika belum membaca “KALA” maka tidak akan mengerti jalan cerita “Amorfati”. Munculnya soundtrack berjudul “Saka dan Lara” yang mana merupakan tokoh dalam novel tersebut tentunya sangat menarik perhatian para remaja. Bukan melodinya yang lembut, liriknya pun sangat mengena di hati para remaja karena tidak jauh dari seputar kehidupan mereka.

Syahid Muhammad yang akrab disapa Bang Iid ini terkenal dengan gaya penulisan ceritanya yang sangat detail tentang kehidupan para remaja. 

Novel karyanya yang berjudul “Egosentris” dan “Paradigma” sukses mengundang antusiasme para remaja. 

Stefani Bella lebih terfokus pada kehidupan romantisme remaja. Stefani Bella bersama temannya yang bernama Irvana Lestari membuat ilustrasi setiap tokoh yang ada dalam bukunya berjudul “Elegi Renjana”. Para pembaca pun bisa mengira-ngira bagaimana penampilan tiap tokoh. Ilustrasi ini membuat para tokoh seakan-akan memang hidup di dunia yang sama dengan kita. 

4. Dewi Lestari Simangunsong

akrab dipanggil Dee pertama kali dikenal masyarakat sebagai anggota trio vokal Rida Sita Dewi. Dikenal luas sebagai novelis Sejak menerbitkan novel Supernova yang populer pada tahun 2001, dilanjutkan novel Supernova 1 s.d Supernova 6. Selain itu ia menulis novel Filosofi Kopi, Rectoverso, Perahu Kertas, Madre, dan Aroma Karsa.

5. Tere Liye 

Beberapa karyanya yang pernah diangkat ke layar kaca yaitu Hafalan Shalat Delisa dan Moga Bunda Disayang Allah. Meskipun dia bisa meraih keberhasilan dalam dunia literasi Indonesia, kegiatan menulis cerita sekadar menjadi hobi karena sehari-hari ia masih bekerja kantoran sebagai akuntan.

Selain itu Karya-karyanya antara lain Bumi, Bulan, Ceros dan Batozar, Komet Minor, Hujan, Rindu, Pukat, Burlian, Eliana, Amelia, About Love, About Friends, Ayahku (BUKAN) Pembohong, Si Anak Spesial, Dia adalah Kakakku, dan yang terbaru adalah Sungguh Kau Boleh Pergi

6. Ahmad Fuadi

Ia adalah novelis, pekerja sosial, dan mantan wartawan. Novel pertamanya adalah novel Negeri 5 Menara yang merupakan buku pertama dari trilogi novelnya. Novelnya sudah masuk dalam jajaran best seller tahun 2009.

Kemudian meraih Anugerah Pembaca Indonesia tahun 2010. Novel keduanya yang merupakan trilogi dari Negeri 5 Menara, Ranah dan novel pamungkas dari trilogi ini, Rantau 1 Muara.

Karya lainnya yang ia tulis adalah Beasiswa 5  Benua, dan Anak Rantau yang merupakan Best seller tahun 2017.

7. Habiburahman El Shirazy

Selain novelis ia juga dikenal sebagai sutradara, dai, penyair, sastrawan, pimpinan pesantren, dan penceramah. Karya-karyanya banyak diminati tak hanya di Indonesia, tetapi juga di mancanegara seperti Malaysia, Singapura, Brunei, Hong Kong, Taiwan, Australia, dan Komunitas Muslim di Amerika Serikat.

Karya-karya fiksinya dinilai dapat membangun jiwa dan menumbuhkan semangat berprestasi pembaca. Di antara karya-karyanya yang telah beredar di pasaran adalah Ayat-Ayat Cinta (telah dibuat versi filmnya, 2004), Di Atas Sajadah Cinta, (telah disinetronkan Trans TV, 2004), Ketika Cinta Berbuah Surga (2005), Pudarnya Pesona Cleopatra (2005), Ketika Cinta Bertasbih (2007), Dalam Mihrab Cinta (2007), Bumi Cinta, (2010) dan The Romance.

Kini sedang merampungkan Langit Makkah Berwarna Merah, Bidadari Bermata  Bening, Bulan Madu di Yerussalem, Bumi Cinta, Api Tauhid.

Baca juga: Inspirasi 7 Milenial Sukses Bangun Startup

Masih banyak lagi penulis-penulis milenial yang karya-karyanya begitu menarik dan patut diapresiasi seperti Boy Candra, Genta Kiswara, dan Wira Nagara. Mereka mempunyai gaya penulisan cerita yang berbeda-beda sesuai ciri khas mereka. Satu hal yang sama adalah kisah-kisah yang mereka tuliskan begitu dekat dengan kehidupan remaja masa kini.

Era millenial yang bersamaan dengan revolusi industri 4.0 ini menyebabkan para remaja semakin jauh terhadap buku. Hobi membaca mereka mungkin tidak berubah, tetapi media membaca yang mereka gunakanlah yang berubah. Remaja kini lebih menyukai membaca novel-novel online dan meninggalkan buku aslinya. 

Namun, dengan kreativitas para penulis era milenial dalam mempromosikan buku mereka mampu memancing kembali antusiasme remaja dalam membaca buku. Tidak dapat di pungkiri memang banyak media lain yang dapat digunakan untuk menambah pengetahuan dan informasi, tetapi buku akan selamanya menjadi jendela dunia.