Siemens Ditekan Aktivis Lingkungan

SekolahNews — Munich, Kepala Eksekutif Siemens, Joe Kaeser, menghadapi protes para aktivis lingkungan dari dalam dan luar rapat pemegang saham tahunan grup itu, meeeting hari ini.

Demonstran di sekitar mengamuk akibat Siemens memasok peralatan sinyal untuk jalur kereta api di Australia. Ini akan membuka salah satu tambang batu bara terbuka terbesar di dunia ketika suplai tersebut dikirim ke luar negeri.

Aktivis menuntut perusahaan untuk tidak terlibat dalam bahan bakar fosil karena batu bara dan minyak dipandang sebagai pendorong perubahan iklim

Baca juga: 10 Fakta Tentang Laut, Sumber Kehidupan Bumi
Baca juga: Beragam Cara Mengubah Sampah Menjadi Energi (Waste-to-Energy)

Ketika Demonstrator bergandengan tangan di luar Munich Venue untuk memprotes rekam jejak Siemens tersbut, para pemegang saham di perusahaan teknik terbesar di Eropa tertarik untuk mempelajari detail keuangan.

Pesanan dan pendapatan lebih rendah pada kuartal pertama.
Tetapi sebelum CEO Joe Kaeser dapat memberi pernyataan tersebut, ia harus berurusan dengan masalah lingkungan.

Dia mengatakan kepada media betapa anehnya proyek di Australia tersebut membuat Siemens menjadi sasaran protes aktivis lingkungan.

“Itu tidak mengubah fakta bahwa peralatan pemberi sinyal yang kami kirim memastikan transportasi kereta api yang aman dan relevan dengan operasi keseluruhan tambang,” kata Kaeser.

Kaeser berada di tahun terakhir dalam kepemimpinannya dan sedang berusaha melakukan restrukturisasi besar-besaran terhadap Siemens yang mulai membangun kereta hingga turbin angin.

Siemens melaporkan laba masih stabil meskipun terjadi penurunan pesanan pada periode Oktober hingga Desember. Dipuruk oleh kinerja yang lebih lemah di sektor otomotif dan energi.

Hasil yang lesu dari bisnis angin bisa membuat Siemens beralih pada sektor perusahaan energi baru dengan rencana energi Siemens untuk go public pada akhir tahun.

Perusahaan juga menghasilkan laba kuartal pertama yang lebih lemah dari yang diharapkan dalam bisnis industri digital unggulan ini. (Andri Mufid/ DW News )