Apa Penyebab Gempa di Indonesia Akhir-Akhir Ini ?

SekolahNews – Sekarang ini sering kita dengar terjadi beberapa gempa bumi di Indonesia, seperti di Lombok, Aceh, Banten, Maluku, dan beberapa daerah lainnya.

Mengutip dari BBC.com, Kepala bidang informasi gempa bumi dan peringatan dini tsunami Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) bapak Dr. Daryono mengatakan bahwa

“Wilayah Indonesia itu sangat berpotensi terjadi gempa bumi karena posisinya yang berada di pertemuan tiga lempeng utama dunia, yaitu Eurasia, Indoaustralia dan Pasifik.

“Dari tumbukan ini terimplikasi adanya sekitar enam tumbukan lempeng aktif yang berpotensi memicu terjadinya gempa kuat,”

“Wilayah Indonesia juga sangat kaya dengan sebaran patahan aktif atau sesar aktif. Ada lebih dari 200 yang sudah terpetakan dengan baik dan masih banyak yang belum terpetakan sehingga tidak heran jika wilayah Indonesia itu dalam sehari itu lebih dari 10 gempa yang terjadi,” Daryono menambahkan.

Patahan besar Sumatra yang membelah Aceh sampai Lampung, sesar aktif di Jawa, Lembang, Jogjakarta, di utara Bali, Lombok, NTB, NTT, Sumbawa, di Sulawesi, Sorong, Memberamo, disamping di Kalimantan.

Posisi Indonesia dikenal berada di Cincin Api Pasifik (Ring of Fire) yaitu daerah ‘tapal kuda’ sepanjang 40.000 km yang sering mengalami gempa bumi dan letusan gunung berapi yang mengelilingi cekungan Samudra Pasifik. Sekitar 90% dari gempa bumi yang terjadi dan 81% dari gempa bumi terbesar terjadi di sepanjang Cincin Api ini.

“Mungkin kalau kita melihat ke dunia, itu kelihatan bahwa Indonesia itu sangat merah dibandingkan dengan yang lain. Jepang, misalnya merah juga, Filipina saya pikir merah juga. California itu merah juga karena disitu ada zona San Andreas Fault yang besar dan bergerak sangat cepat,” kata Danny Hilman Natawidjaja, peneliti utama bagian geologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).

Perbandingan Indonesia dengan bagian lain dunia dilakukan dengan menggunakan global seismic hazard atau bahaya seismik global, Danny menjelaskan.

“Zonasi seismic hazard itu sudah, yang dia representasikan adalah potensi guncangan gempanya, yang direpresentasikan dengan nilai percepatan gravitasi, G, makin tinggi yah makin banyak guncangannya.

“Nilai G lebih dari 5 menjadi merah. Nilai 3 dengan 5, kuning. Yang ada di bawahnya hijau biru dan sebagainya. Itu kelihatan bahwa Indonesia itu sangat merah dibandingkan dengan yang lain,” Danny menambahkan.

Korban manusia dan infrastuktur

Gempa di Lombok yang terjadi hari Minggu (05/08) telah menyebabkan banyak korban meninggal disamping ribuan orang harus mengungsi. Sementara gempa Aceh 2004 yang berkekuatan 9,3 pada skala Richter, menyebabkan 180 ribu orang meninggal dengan kerugian Rp45 triliun.

Jadi apakah kerugian, termasuk kerugian material seperti rumah, jalan, jembatan dsb, akan terus terjadi mengingat tingginya potensi terjadinya gempa di Indonesia?

“Masyarakat kita akan terus menjadi korban setiap terjadinya gempa karena kita juga tidak melihat langkah-langkah konkrit yang benar-benar, semacam juklak bagaimana membangun bangunan tahan gempa itu diedukasikan secara masif sehingga masyarakat kita benar-benar memahami dan kemudian mindset itu berubah,” kata Dr Daryono.

Sementara kepadatan penduduk dan bangunan di Jawa dan Sumatra dibandingkan di bagian timur, menyebabkan lebih besar kemungkinan risiko korban dan kerusakan.

“Kalau kita lihat dari potensi hazard-nya, bahayanya, Indonesia timur itu dua kali lipat potensinya dibandingkan dengan wilayah barat, tetapi yang nama risiko itu kan juga mempertimbangkan keberadaan populasi dan infrasturktur. Untuk saat ini infrastruktur dan populasi kebanyakan di Jawa dan Sumatra, daerah Papua dan Maluku kan masih sedikit,” kata ahli geologi LIPI, Danny Hilman.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *