Bagaimana Cara Kerja Pasar Karbon?

23 Oktober 2021 – Perusahaan dimotivasi oleh uang, jadi menetapkan harga pada emisi karbon seharusnya mendorong bisnis untuk berhenti mencemari. Itulah yang diterapkan pada pasar karbon, mengurangi emisi dengan membebankan polusi. Sejauh ini mereka belum mencapai tujuan itu, dan inilah alasannya.

Menjelang akhir 1980-an, Amerika menghadapi masalah, selama bertahun-tahun pembangkit listriknya telah memancarkan sejumlah besar Sulfur Dioksida (SO2) , yang jatuh kembali ke bumi sebagai hujan asam, menyebabkan kerusakan pada tanaman, hewan air, dan infrastruktur, tetapi tidak ada insentif bagi pembangkit listrik untuk berhenti mengeluarkan SO2.

Jadi pada tahun 1990, pemerintah Amerika meluncurkan eksperimen, memaksa industri untuk membayar emisi mereka dengan mendirikan pasar baru, diatur oleh sistem yang disebut “cap-and-trade”.

Delapan tahun kemudian, tingkat hujan asam di Amerika telah turun sebesar 20% dan cara baru untuk memotong emisi lahir.

Pada tahun 1997, Perjanjian Perubahan Iklim Internasional yang dikenal sebagai Protokol Kyoto diberlakukan untuk menerapkan konsep “cap-and-trade” pada karbon.

Pada tahun-tahun berikutnya, berbagai negara dan wilayah membentuk pasar karbon mereka sendiri, banyak dari pasar ini menggunakan “cap-and-trade” dan begini cara kerjanya: Pemerintah menetapkan batas jumlah CO2 yang dapat dikeluarkan oleh industri, itu membagi batas menjadi izin, dan memberikan atau menjual izin ini kepada perusahaan. Jika sebuah perusahaan tidak menggunakan semua izin, maka bisa menjual apa yang tidak mereka dibutuhkan. Jika perlu izin lebih, bisa membelinya dari perusahaan yang memiliki kelebihan. Setiap tahun, semakin ketat batasannya dan izin yang makin sedikit untuk dibeli menjadi lebih mahal.

Pakar inovasi energi & iklim global, Vijay Vaitheeswaran berbagi wawasannya. “Manfaat konsep “cap-and-trade” jika diterapkan dengan benar adalah menggunakan konsep hadiah dan hukuman, yakni memberi mereka insentif untuk berinovasi, menjadi lebih bersih. Ini menyediakan hadiah untuk mengembangkan inovasi dan mekanisme perdagangan”.

Meskipun peraturan dapat memperkenalkan standar industri baru, peraturan tersebut tidak memberikan insentif kepada perusahaan untuk mengurangi emisi di bawah tingkat tertentu. Tetapi pasar karbon menciptakan kompetisi di mana perusahaan termotivasi untuk mengurangi emisi sebanyak mungkin. Semakin banyak emisi yang mereka kurangi, semakin sedikit izin yang harus mereka beli, dan semakin banyak kelebihan izin yang harus mereka jual. Jadi secara teori, di pasar “cap-and-trade”, emisi karbon dioksida seharusnya turun. Namun pada kenyataannya, malah terus meningkat. Karena insentif hanya berfungsi jika perusahaannya cukup besar.

“Pasar karbon secara teori bagus, tetapi dalam praktiknya, ada banyak masalah. Harga karbon terlalu rendah untuk memotivasi perubahan yang diperlukan untuk mendekarbonisasi ekonomi dunia.” tambah Vijay.

Menurut ekonom Joseph Stiglitz dan Nicholas Stern, untuk memenuhi target Paris Achievement dua derajat di atas tingkat pra-industri, harga karbon di seluruh dunia perlu mencapai US$ 50 hingga 100 per ton pada tahun 2030. Namun sebagian besar harga karbon masih jauh di bawah angka itu. Terlebih lagi, walaupun karbon dihargai dengan tepat, denda dari melebihi tingkat yang diizinkan terkadang rendah.

Di Uni Eropa, dendanya bisa serendah €100 per ton berlebih. Mengingat itu tidak lebih dari harga izin, itu hampir tidak menjadi penghalang, dan itu jika pimpinan perusahaan tertangkap. Secara teori, regulator memberlakukan harga privat, tetapi secara praktik, ini bisa sangat menantang. Ada masalah pengukuran, emisi langsung versus emisi tidak langsung, spekulasi kecurangan, sebagian besar pasar di seluruh dunia menemukan penegakan dan hukuman yang masih kurang.

Dan bahkan jika beberapa pasar menerapkan pencegahan yang efektif, pasar yang lain mungkin belum. “Jika Anda melihat secara global, akan menemukan berbagai aturan, sistem, mekanisme penegakan yang membingungkan. Jadi, jika perusahaan anda tersebar di beberapa negara, divisi dari perusahaan Anda yang membuat produk yang sama dengan cara yang sama akan kesulitan menangani peraturan dan regulasi yang berbeda. Yang terburuk, akan ada “Carbon Leakage” dari masalah-masalah ini, ” kata Vijay.

Akibat langsung dari sistem ini dikenal sebagai “Carbon Leakage”, yaitu dimana bisnis atau industri pindah dari daerah dengan peraturan lingkungan ketat ke daerah di mana aturannya lebih santai.

Jika harga tetap cukup tinggi, dibantu oleh komitmen pemerintah, proses industri yang lebih hijau akan menjadi lebih menarik dan pasar karbon dapat mulai mencapai tujuan awal mereka untuk membantu mendekarbonisasi dunia.

(The Economists)