Kampanyekan Gaya Hidup Minim Sampah

Sekolahnews.com – Isu lingkungan adalah sebuah hal yang krusial bagi kita semua. Apalagi, kaitannya adalah dengan bagaimana keberlangsungan kehidupan seluruh umat manusia beserta dengan seluruh elemen biotik maupun abiotik.

Salah satu dari upaya tersebut adalah dengan menerapkan sebuah gaya hidup yang bernama zero waste. Sebuah gaya hidup berkelanjutan yang minim sampah dan ramah lingkungan. Mungkin bagi sebagian orang gaya hidup yang satu ini masih cenderung asing.

Di Indonesia, upaya menyuarakan gaya hidup yang bertanggung jawab pada lingkungan ini tidak bisa terlepas dari upaya yang dilakukan oleh sebuah komunitas bernama Zero Waste Indonesia yang berdiri pada 2017 akhir ini oleh Maurilla Sophianti Imron.

Zero Waste Indonesia adalah one-stop solution untuk gaya hidup minim sampah. Visinya sih seperti itu. Namun kita adalah komunitas dan media karena kami besar di media sosial, zerowaste.id_official itu awalnya, kemudian ada websitenya.

Dari website itu kami berusaha untuk menjadi one stop solution platform. Ada shopnya untuk memberi alternatif di mana ada informasi misalnya gaya hidup minum sampah seperti apa gitu. Jadi Zero Waste Indonesia itu empowering semua orang untuk bergandengan tangan dan percaya pada dirinya sendiri bahwa merek bisa melakukan sesuatu terhadap lingkungan.

Karena background aku yang bukan orang yang expert dalam bidang lingkungan tapi ingin melakukan sesuatu dan aku sebagai founder Zero Waste Indonesia ingin empower orang lain untuk melakukan hal yang untuk punya perasaan dan sense of kita ini bergandengan tangan dan bisa melakukannya bersama-sama.

Walaupun bukan konsep baru, bahkan zaman dulu nenek moyang kita sudah menerapkan zero waste waktu belum ada packaging dan segala macamnya. Konsep zero waste ini juga awalnya dari industri, cuma dijadikan sebagai label gaya hidup.

Zero waste sebenarnya fokus ke pencegahan, bagaimana kita menjadi konsumen yang bijak dan memaksimalkan sumber daya. Pilar zero waste itu ada 6 : rethink, refuse, reduce, reuse, rot, dan recycling.

Nah yang 4 pertama ini kita fokus pencegahan saat kita masih harus mengonsumsinya, karena kita hidup di zaman yang belum menerakan ekonomi sirkular, masih linear semua. Belum semudah itu untuk menemukan barang yang tak berkemasan.

Setelah melewat 4 pencegahan tersebut tapi masih harus dikonsumsi, maka 2 terakhir adalah bagaimana kita memperpanjang sumber daya tersebut dengan cara rot, itu composting yang berhubungan dengan sampah organik dan recycling atau daur ulang.

Zero waste itu memang kerap dianggap sebagai “nol sampah”, tapi kita tidak berfokus pada kata-kata “nol”-nya, tetapi fokus untuk meminimalisir sampah.(goodnewsfromindonesia.id).