Kisah Guru Honorer di NTT Berjualan Sayuran dan Babi demi Hidupi Keluarga

Sekolahnews — BORONG, Damianus Hambur (32), guru honorer yang mengabdi di salah satu Sekolah Menengah Atas di Borong, Kabupaten Manggarai Timur, Provinsi NTT. Ia mengabdi sejak tahun 2015 lalu.

Di sekolah ia mengajar mata pelajaran sejarah. Tentu itu sesuai dengan basis keilmuannya. 

Damianus menceritakan, sejak menjadi guru honorer, tentu honorarium yang diberikan pemerintah dan sekolah tidak cukup memenuhi kebutuhan keluarganya. Karena itu, dirinya mesti berpikir keras agar bisa punya pekerjaan sampingan di luar jam sekolah.

“Gaji dari sekolah tidak cukup memenuhi kebutuhan keluarga saya. Apalagi saya ini anak laki-laki pertama. Tanggung jawab saya besar terhadap keluarga,” ungkap Damianus kepada media ini di depan lapak sayurnya di Peot, Kelurahan Satar Peot, Kecamatan Borong, Minggu (9/8). 

Baca juga: Kisah Guru Avan Tetap Mengajar

Damianus menuturkan, untuk bisa memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga dan menyekolahkan adik-adiknya, tahun 2016, ia mulai membuka lapak sayur-mayur di depan rumah. 

Di lapak itu, ia menyiapkan aneka sayuran, yakni kangkung, sawi, kol, daun singkong, dan bayam. Di lapak itu juga tersedia, bawang, lombok, dan tomat serta ikan kering. 

“Hasil jual sayur-mayur dan yang lainnya bisa dapat Rp 500 ribu per hari. Kali saja satu bulan itu bisa belasan juta. Meski itu hitungan kotor, tetapi cukup besar juga labanya,” tutur Damianus. 

Damianus melanjutkan, pada tahun 2017, ia memulai pekerjaan tambahan baru yakni beternak babi. 

Ia memilih beternak babi guna memanfaatkan semua sayur-mayur yang rusak. 

“Setelah satu tahun menjalani usaha sayur-mayur, saya melihat begitu banyak sayur yang rusak dan buang percuma. Makanya, saya berpikir, lebih baik saya juga ternak babi,” ungkap Damianus.

Damianus menuturkan, di awal, ia membeli 2 ekor babi betina. Setelah babinya besar, satunya ia jual. Satunya lagi untuk pengembangan bibit.

Setiap tahun, induk babi yang dipelihara itu beranak 2 kali. Satu kali beranak, 10 ekor. Dalam 1 tahun, 2 kali beranak. Setiap 3 bulan, anak babi pasti ada yang beli. 

“Jadinya, 1 kali beranak, saya jual semua dapat Rp 10 juta. Karena 2 kali beranak, saya dapat Rp 20 juta dari hasil jua babi,” tutur Damianus. 

Damianus mengatakan, dari tahun 2018 hingga saat ini, ia menerima uang dari 2 sumber kerja tambahan yakni jual sayur dan ternak babi. 

Dari penghasilan tambahan itu, ia bisa memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga dan membiayai sekolah dari adik-adiknya. 

Baca juga: Ini Daftar 5 Pahlawan Nasional yang Berjuang untuk Pendidikan

“Saya kerja sayur dan urus babi setelah pulang sekolah. Puji Tuhan saya bisa mengatur waktu dengan baik,” katanya. 

Sempat Dicibir Warga

Perjalanan usaha kecil Damianus tidak luput dari cibiran dan sindirian warga sekitar tempat tinggalnya. 

Damianus menuturkan, awal ia memulai membuka lapak sayur, ada orang yang berkomentar, masa sarjana jual sayur. Namun, Damianus tidak ambil pusing dengan komentar miring tersebut. 

“Saya tidak gubris dengan komentar orang-orang. Bagi saya, komentar mereka adalah motivasi. Komentar miring mereka malah buat saya lebih semangat berusaha,” tutur dia. 

Damianus menyebut, seiring berjalannya waktu, orang di sekitarnya pun mulai ikut menjual sayur di halaman rumah mereka. Ia pun mengaku senang dengan itu. 

Mengubah Mindset Masyarakat

Damianus mengungkapkan, selain faktor ekonomi, ia nyambi menjual sayur dan beternak babi, untuk mengubah mindset masyarakat tentang orang yang menyandang gelar sarjana. 

Damianus menyebut, pada umumnya orang beranggapan, seorang sarjana itu harus di kantor. 

Di zaman yang penuh persaingan ini, setiap orang harus kreatif. Sarjana harus menciptakan lapangan kerja sendiri. Apa pun itu. Kuncinya harus mulai. 

Baca juga: Inspiratif! Terlahir Tuli Lulus Cum Laude di New York

“Saya mau berikan edukasi kepada masyarakat, sarjana itu tidak salah jika kerja kotor. Saya mau pola pikir itu berbalik. Dalam hidup tidak perlu gengsi. Kerja apa saja, yang penting menghasilkan uang. Daripada mencuri kan bisa merusak citra diri. Lebih baik kita kerja sesuai yang kita mampu,” ungkap Damianus. 

Dukungan Keluarga

Damianus mengatakan, suksesnya usaha yang dijalaninya sampai hari ini, tentu tidak terlepas dari dukungan orang tua dan isteri tercinta. 

Setiap hari, orangtua, isteri, adik-adiknya bergantian menjaga lapak sayur. 

“Saat saya ke sekolah mereka yang jaga dan layani pembeli. Begitu terus setiap hari. Dari pagi sampai malam, kami bagi waktu untuk menjaga lapak,” kata Damianus. 

Damianus mengaku sangat berterima kasih kepada semua anggota keluarganya yang telah mendukung usahanya dari tahun 2015 hingga sekarang. 

Ia pun berharap kekompakan di tengah keluarga tetap terjaga dengan baik demi kebaikan bersama. (Sumber:kumparan.com)