Latto Latto, Antara Berguna atau Berbahaya

Sekolahnews.com – Permainan latto latto sedang populer. Namun, permainan asal Amerika Serikat telah memakan korban. Apakah latto latto layak dilarang?

Ketua Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI) Seto Mulyadi atau kerap disapa Kak Seto setuju jika sekolah melarang latto-latto.

Menurut Kak Seto, untuk melindungi anak dan agar tidak menggangu konsentrasi di lingkungan belajar.

Dilarang demi melindungi anak

“Intinya kalau itu demi kepentingan terbaik bagi anak, hanya melindungi anak, justru (melarang) itu yang terbaik. Jadi konteksnya adalah demi perlindungan anak,” tegas Kak Seto.

Memang, jika permainan ini dilakukan orang profesional atau orang dewasa yang mengetahui caranya sehingga menghindarkan bahaya.

Tetapi, bila dimainkan anak-anak dan bisa menimbulkan bahaya, maka menurut Kaka Seto sebaiknya diganti dengan permainan lain yang lebih aman dan edukatif.

Meski demikian, Kak Seto tak memungkiri sisi postif permainan ini untuk perkembangan anak.

“Sisi positifnya itu bisa melatih ketangkasan fisik anak, kepercayaan diri, melatih sosialisasi, dan sebagainya. Tapi kalau apa pun sudah berlebihan, ya dilarang. Artinya, permainan ini positif jika diawasi oleh orang dewasa dengan cara yang benar. Kalau asal-asalan, ya berbahaya,” kata Kak Seto.

Manfaat latto latto

Sementara, Ketua Program Studi Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Padjadjaran (Unpad) Hery Wibowo mengungkap fakta sosiologis dari permainan latto latto.

Hery menyebutkan, permainan latto-latto menjadi momentum terbaik bagi orang tua untuk sedikit melepaskan anak dari ketergantungan bermain telepon seluler.

Hery pun menjelaskan bahwa ada delapan fakta sosiologis terkait permainan latto-latto:

  • Membangun interaksi sosial.
  • Membangun identitas sosial dan konsep diri positif.
  • Menjadi magnet Fear of Missing Out atau FOMO.
  • Mewadahi karakter generasi Z sebagai generasi do it yourself.
  • Membangun hubungan sosial yang menyenangkan bagi orang tua dan anak.
  • Potensi panjat sosial (pansos), karena sedang populer.
  • Menjadi stress healing bagi anak untuk rehat sejenak dan mengisi energi untuk kembali siap melakukan aktivitas akademik sekolah.
  • Memberikan pengaruh ekonomi positif bagi penjual dan produsennya.

Meski demikian, Hery juga menyebutkan, permainan ini memiliki berbagai dampak yang bisa timbul.

Hery mengungkapkan fakta tersebut menjadi negatif apabila anak-anak ataupun orang tua tidak bisa mendukung dan mengaturnya.

Beberapa dampak tersebut di antaranya mengurangi waktu belajar atau mengerjakan tugas karena ketagihan bermain, potensi melahirkan rasa rendah diri bila tidak berhasil memainkannya, hingga tidak pekanya orang tua terhadap keberhasilan anaknya dalam bermain latto latto.

Selain itu, anak juga perlu waspada saat bermain permainan ini. Ayunan bola yang kuat dan tidak terkontrol dengan baik berpotensi membentur ke bagian tubuh pemainnya, seperti mata, hidung, ataupun kepala.(kalderanews.com).