Mengenal Peran PKO Muhammadiyah

Sekolahnews.com – Gerakan amal telah memainkan peran penting dalam pemenuhan kesejahteraan sosial sejak zaman Hindia Belanda sekitar abad 17 yang muncul akibat kemiskinan dan banyak masalah sosial lainnya. Peran utama ini dimainkan oleh organisasi berbasiskan agama, baik zending atau misionaris.

Amelia Fauzia dalam Faith and the State menyebut baru pada abad ke 19, dana masjid mulai relatif terorganisir dengan baik dan secara tidak langsung mendukung pembentukan komite amal Islam.

Memasuki abad ke 20, nilai inklusif mulai dianut lembaga sosial Islam yang menyalurkan bantuan tanpa memperhatikan latar belakang agama dan ras penerima manfaat. Salah satunya adalah Penolong Kesengsaraan Oemoem (PKO) Muhammadiyah.

Kemunculan PKO memang tidak bisa dilepaskan dari organisasi induknya, Muhammadiyah yang didirikan oleh Kyai Ahmad Dahlan pada 1912. Organisasi ini tumbuh menjadi organisasi Islam modernis terbesar di Hindia Belanda.

Sejak awal pendiriannya, Ahmad Dahlan terus mendorong agar Muhammadiyah memiliki kegiatan sosial yang kuat untuk membantu fakir miskin. Hal ini berdasarkan pemahamannya terhadap surat Al-Maun dalam Al-Qur’an.

Ide pendirian PKO awalnya muncul dari kegiatan pengajian malam Jumat, para murid Ahmad Dahlan yang diadakan sejak tahun 1917. Para murid ini memiliki empat divisi, yaitu tabligh (penyebarluasan agama), publikasi, pendidikan, dan penolong kesengsaraan umum.

Salah satu kegiatan sosial murid Ahmad Dahlan pada periode awal adalah pengumpulan sumbangan bagi korban letusan Gunung Kelud pada 1918. Ternyata kerja panitia saat itu cukup berhasil dalam menghimpun dana.

Menolong rakyat kecil

Pada tanggal 17 Juni 1920, PKO kemudian resmi menjadi bagian dari Muhammadiyah. Namun bibit gerakan sosial ini muncul jauh dari tanggal peresmiannya. Salah satu murid Kyai Dahlan, Mohammad Syuja memainkan peran penting dalam pembentukannya.

Diceritakan Kyai Dahlan pernah bertanya kepada Syuja tentang program organisasi ketika malam peresmian PKO. Dirinya menyatakan ingin membangun rumah, armenhuis (panti sosial), dan weeshuis (panti asuhan).

dr.Soetomo yang merupakan seorang guru dari sekolah kedokteran Surabaya dan merupakan tokoh penting dalam gerakan nasional Indonesia, seperti membentuk Budi Utomo, Perhimpunan Indonesia, dan Indonesian Study Clubs, diangkat sebagai Penasihat Kesehatan untuk Muhammadiyah dalam Muktamar Muhammadiyah di Yogyakarta. Syuja memang telah terkesan dengan kemahiran Soetomo dalam menggalang donasi dan merekrut banyak relawan.

Sementara itu Soetomo yang hadir dalam peresmian klinik PKO, berpidato di hadapan 40 tamu yang terdiri dari orang Eropa, bumiputera, Tionghoa dan Arab. Dirinya menyatakan Muhammadiyah merupakan organisasi Islam yang memiliki tujuan kemanusiaan.

“Begitu juga organisasi kami (Muhammadiyah). Pemikiran kita yang paling maju adalah kasih sayang dan dengan inilah kita mempersembahkan seluruh umat manusia. Melalui kasih sayang dan pengorbanan kita ini semoga kita mencapai kehidupan yang mulia. Besok pagi kami akan membuka klinik ini. Siapapun, baik Eropa, Jawa Tionghoa, atau Arab, boleh datang ke sini mendapat bantuan gratis, asalkan mereka miskin.”

Non diskriminasi

Prinsip PKO hanya bekerja semata-semata karena instruksi ajaran Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW dan mengikuti tradisinya. Layaknya mata air yang murni dan bersih, terletak di tempat yang dapat dijangkau oleh semua orang.

“..Bantuan bagi PKO Muhammadiyah bukanlah sebuah jaring untuk menarik hati orang menjadi Muslim atau bergabung dengan Muhammadiyah, tetapi semata-mata memenuhi kewajiban Islam untuk semua ras, terlepas dari agama yang dianut.”

Dari data yang diperoleh Republika, jumlah lembaga pendidikan yang dimiliki Muhammadiyah mencapai lebih dari 10 ribu, tepatnya 10.381. Terdiri dari TK, SD, SMP, SMA, pondok pesantren, dan perguruan tinggi.

Dikutip dari timesindonesia.co.id, Muhammadiyah setidaknya memiliki 23 Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah yang tersebar di dunia salah satunya di Taiwan, Australia, Inggris dan Amerika.

Di bidang pelayanan kesehatan dan kesejahteraan masyarakat terdapat rumah sakit 457, panti asuhan 318 buah, panti jompo 54 buah, dan rehabilitasi cacat 82 buah. Untuk bidang sarana ibadah terdapat masjid dan musalla sebanyak 11.198.(goodnewsfromindonesia.id).