Musim Pancaroba – Pengertian, Waktu, Ciri dan Dampak Masa Peralihan

Sekolahnews.com – Selain musim kemarau dan musim penghujan, masyarakat Indonesia juga mengenal adanya musim pancaroba. Pancaroba merupakan musim peralihan antara dua musim utama di daerah iklim muson, yaitu dari musim kemarau ke penghujan, begitupun sebaliknya.

Memasuki musim pancaroba biasanya ditandai dengan cuaca yang berubah-ubah dan cenderung tidak bersahabat, seperti hujan disertai petir serta tiupan angin kencang, bahkan badai. Selain itu, pada musim ini masyarakat akan berhadapan dengan berbagai potensi penyakit akibat perubahan cuaca serta bencana alam.

Pengertian Pancaroba

Pancaroba adalah masa peralihan antara dua musim utama di daerah iklim muson. Musim ini terjadi ketika musim penghujan berubah menjadi musim kemarau, serta dari musim kemarau beralih ke musim penghujan.

Kapan Terjadinya Pancaroba?

Dalam pranata mangsa atau sistem penanggalan Jawa, pancaroba antara musim penghujan dan musim kemarau biasanya terjadi pada bulan Maret dan April, kondisi ini disebut sebagai mangsa (musim) marèng.

Sedangkan pancaroba antara musim kemarau dan musim penghujan biasanya terjadi pada bulan Oktober hingga Desember, kondisi ini disebut mangsa (musim) labuh.

Ciri Musim Pancaroba

Masa pancaroba umumnya ditandai dengan frekuensi tinggi badai, hujan yang sangat deras disertai petir, guntur dan angin kencang. Pada masa pancaroba frekuensi penderita penyakit saluran pernapasan atas pun akan meningkat, seperti flu, pilek atau batuk.

Pada musim peralihan juga ditandai dengan perilaku khas beberapa hewan dan tumbuhan. Misalnya pada masa marèng, tonggeret akan memasuki masa kawin dan mengeluarkan suara khas. Pada masa labuh, rayap akan mencapai tahap dewasa dan keluar dari sarangnya di tanah menjadi laron.

Menurut pendapat para ahli, pancaroba juga ditandai dengan turunnya hujan lokal secara mendadak secara sporadis. Curah hujan yang turun pada masa ini umumnya memiliki intensitas sedang hingga lebat, tetapi dengan durasi singkat dan tidak merata. Selain itu, hujan seringkali disertai dengan angin kencang dan kilatan petir.

Dampak Pancaroba Terhadap Kehidupan

Ketika memasuki pergantian musim, kita sangat disarankan untuk meningkatkan imunitas dan menjaga kesehatan serta kebersihan lingkungan. Dengan demikian, maka kita akan terhindar dari berbagai risiko penyakit pancaroba seperti berikut:

1. Demam Berdarah Dengue (DBD)

Saat masa pancaroba tiba, terutama di awal memasuki musim penghujan, kasus demam berdarah atau DBD di sejumlah daerah pasti mengalami peningkatan. Hal ini disebabkan karena penyebaran virus dengue melalui nyamuk yang bertahan dan berkembang di iklim tropis saat musim hujan.

Secara umum, DBD menular melalui gigitan nyamuk yang telah terinfeksi oleh virus dengue. Ada beberapa gejala yang nampak, seperti demam tinggi secara tiba-tiba, nyeri di bagian belakang mata, nyeri otot dan sendi, lemas, mual, muntah, sakit kepala, muncul bintik merah di kulit, dan pendarahan ringan pada gusi dan hidung.

Untuk mengurangi risiko tertular DBD, sebaiknya cegah perkembangan populasi nyamuk dengan cara menyingkirkan barang-barang yang bisa menjadi sarang nyamuk.

2. Infeksi Saluran Pernapasan

Berdasarkan penelitian, infeksi saluran pernapasan bawah yang disebabkan oleh penularan virus paling banyak terjadi saat musim pancaroba atau awal musim hujan. Penyakit ini paling banyak menyerang anak-anak dan balita. Sebab, sistem imunitas rentang usia tersebut belum terbentuk secara sempurna.

Seperti halnya infeksi saluran pernapasan atas, gejala infeksi saluran pernapasan bawah berupa batuk. Namun batuk yang dialami cenderung lebih berat dan disertai dahak. Gejala lain yang bisa dialami adalah meningkatnya frekuensi pernapasan, sesak napas, sesak pada bagian dada, hingga bunyi saat menarik napas.

Perlu diketahui, infeksi saluran pernapasan bawah meliputi penyakit pneumonia, bronchiolitis, dan bronkhitis. Biasanya, penyakit ini ditularkan melalui percikan droplet yang mengandung virus ketika penderita batuk ataupun bersin. Selain itu, isa juga melalui kontak tidak langsung melalui permukaan benda yang telah terkontaminasi virus.

Salah satu cara tepat untuk mencegah penyebaran virus ini adalah menjaga kebersihan dan rajin mencuci tangan dengan sabun serta air bersih mengalir.

3. Influenza

Berdasarkan survei, virus influenza atau flu paling banyak terjadi saat musim hujan tiba. Virus ini menyebabkan rasa tidak nyaman di organ hidung, tenggorokan, dan paru-paru.

Meski fulu dapat sembuh dengan sendirinya, namun pada balita atau anak-anak yang berusia di bawah 2 tahun dan lansia di atas usia 65 tahun, penyakit pancaroba ini berisiko menimbulkan komplikasi yang cukup berbahaya.

Apabila tertular virus influenza, maka kita disarankan untuk beristirahat secara cukup dan mengonsumsi banyak air putih untuk meringankan gejala yang diderita. Pada beberapa kasus tertentu, dokter biasanya merekomendasikan obat antivirus untuk mengatasi flu. Guna mencegah penyebaran virus dan risiko terinfeksi, sebaiknya lakukan vaksinasi yang bisa diulang setiap satu tahun sekali.(rimbakita.com).