Perkenalkan ELANG HITAM, Drone buatan Indonesia

SekolahNews — Indonesia akhirnya punya pesawat tanpa awak atau drone buatan dalam negeri. Pesawat yang dirancang oleh putra-putri bangsa Indonesia melalui PT Dirgantara Indonesia (DI) berjenis Medium Altitude Long Endurance (MALE) diberi nama Elang Hitam.

Pesawat Udara Nir Awak (PUNA) atau Drone resmi diluncurkan (rolled-out) di hanggar PT Dirgantara Indonesia (PTDI), Bandung, Jawa Barat pada akhir Desember 2019 lalu.

Baca juga: “Palapa Ring” Sebuah Kisah Menyatukan Indonesia

Drone nasional yang nantinya akan dipersenjatai ini resmi menyandang nama PUNA MALE Kombatan Nasional “Elang Hitam”

Proyek ini digarap bersama oleh Kementerian Pertahanan Republik Indonesia, TNI Angkatan Udara, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), PT DI, PT Lembaga Elektronik Nasional (LEN), dan Institut Teknologi Bandung (ITB).

PT DI dalam rilisnya menerangkan, PUNA jenis MALE yang mampu terbang terus menerus selama 24 jam merupakan wahana yang sangat diperlukan untuk membantu menjaga kedaulatan NKRI dari udara yang sangat efisien dan dapat mengurangi potensi kehilangan jiwa (tanpa pilot).

Kebutuhan pengawasan dari udara yang efisien terus bertambah seiring dengan meningkatnya ancaman daerah perbatasan, terorisme, penyelundupan, pembajakan, serta pencurian sumber daya alam seperti illegal logging dan illegal fishing.

Inisiasi pengembangan sejak 2015

Disebutkan, inisiasi pengembangan PUNA MALE telah dimulai oleh Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Kemhan sejak 2015 dengan melibatkan TNI, Ditjen Pothan Kemhan, BPPT, ITB, dan PT Dirgantara Indonesia (Persero). Yaitu dengan disepakatinya rancangan kebutuhan dan tujuan (DR&O) yang akan dioperasikan oleh Tentara Nasional Indonesia (TNI) khususnya TNI AU.

Baca juga: Indonesia Juara Umum Kejuaraan Asia Panjat Tebing 2019

Proses perancangan dimulai dengan kegiatan preliminary design, basic design dengan pembuatan dua kali model terowongan angin dan hasil ujinya di tahun 2016 dan tahun 2018 di BPPT.

Kemudian pembuatan engineering document and drawing di tahun 2017 dengan anggaran dari Balitbang Kemhan dan BPPT.

Pada 2017 telah terbentuk perjanjian bersama berupa Konsorsium Pesawat Terbang Tanpa Awak (PTTA MALE) dengan anggota yang terdiri dari Kementerian Pertahanan RI yaitu Ditjen Pothan dan Balitbang, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), TNI AU (Dislitbangau), Institut Teknologi Bandung/ITB (FTMD), serta BUMN yang terdiri dari PT Dirgantara Indonesia (Persero) dan PT Len Industri (Persero).

Pada 2019 Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) masuk sebagai anggota konsorsium tersebut.

FCS dari Spanyol

Tahun 2019, lanjut PTDI dalam keterangan tertulisnya kepada media, dimulai tahap manufacturing yang diawali oleh proses design structure, perhitungan finite element method, pembuatan gambar 3D, dan detail drawing 2D yang dikerjakan oleh engineer BPPT dan disupervisi oleh PT Dirgantara Indonesia (Persero).

Kemudian dilanjutkan dengan proses pembuatan tooling, molding, cetakan dan selanjutnya fabrikasi dengan proses pre-preg dengan autoclave.

Di tahun 2019 juga dilakukan pengadaan Flight Control System(FCS) yang diproduksi di Spanyol. FCS akan diintegrasikan pada purwarupa pertama PUNA MALE yang telah dibuat (manufaktur) oleh PTDI pada awal tahun 2020.

Proses integrasi

Proses integrasi dilaksanakan oleh engineer BPPT dan PT Dirgantara Indonesia yang telah mendapatkan pelatihan untuk mengintegrasikan dan mengoperasikan sistem kendali tersebut.

Pada 2020 akan dibuat dua unit purwarupa berikutnya. Masing-masing untuk tujuan uji terbang dan uji kekuatan struktur di BPPT.

Di tahun yang sama, proses sertifikasi produk militer juga akan dimulai dan diharapkan pada akhir tahun 2021 sudah mendapatkan sertifikat tipe dari Pusat Kelaikan Kementerian Pertahanan RI (IMAA).

Sertifikasi militer tahun 2023, dioperasikan oleh TNI AU

Kegiatan mengintegrasikan sistem senjata pada purwarupa PUNA MALE dilakukan mulai tahun 2020 dan diproyeksikan sudah mendapatkan sertifikasi tipe produk militer pada 2023.

Diharapkan, dengan kemandirian ini PUNA MALE buatan Indonesia dapat mengisi kebutuhan skuadron TNI AU untuk dapat mengawasi wilayah NKRI melalui wahana udara.

Selain itu kegiatan ini dapat menumbuhkambangkan industri dalam negeri yang sesuai dengan mandat Undang-Undang No.16 tahun 2012 tentang Industri Pertahanan.

Baca juga: Ternyata Ini Asal Usul Bangsa Indonesia

Bertepatan dengan acara roll-out PUNA MALE, Kepala BPPT Hammam Riza dan Direktur Utama PTDI Elfien Goentoro menandatangani Nota Kesepahaman (MoU) tentang Pemanfaatan Sumber Daya serta Sarana dan Prasarana.

Ruang lingkup MoU ini meliputi penyiapan pesawat terbang produksi PTDI guna memenuhi kebutuhan BPPT, pengembangan Sumber Daya Manusia, pemanfaatan sarana dan prasarana dan potensi penyediaan dukungan pemeliharaan pesawat terbang termasuk pengoperasiannya.

“Semoga seluruh tahapan pekerjaan dalam proses pengembangan Pesawat Udara Nir Awak MALE ini dapat berjalan dengan lancar sebagaimana yang direncanakan dan kemudian dapat dioptimalkan fungsinya untuk kebutuhan Surveillance dan Target Acquisitionyang dapat dipersenjatai dengan Maximum Endurance 30 jam dalam perhitungan Maximum Cruising Speed 235 km/jam,” ujar Direktur Utama PTDI Elfien Goentoro.

( airspace-review.com )