Review: Holy Spider

Berbeda jauh dari film-film sebelumnya “Border” dan “Shelley,” film terbaru Ali Abbasi, “Holy Spider,” mengambil inspirasi dari kejahatan 2000-2001 dan persidangan Saeed Hanaei (diperankan oleh Mehdi Bajestani), seorang pembunuh berantai di kota Mashhad Iran yang membunuh 16 pekerja seks, mengklaim bahwa dia membersihkan kota suci dari para pendosa dan korupsi atas nama Islam.

Alih-alih sepenuhnya bergantung pada fakta, Abbasi memutuskan untuk memasukkan karakter fiksi untuk memberikan perspektif yang lebih luas dalam narasi, seperti Rahimi (Zar Amir Ebrahimi), jurnalis di Teheran yang mengunjungi Mashhad untuk meliput seorang yang dijuluki “Pembunuh Laba-laba” dan mengungkap identitas aslinya. Karena tidak percaya pada polisi, dia mengambil tindakan sendiri dan bekerja sama dengan reporter kriminal setempat Sharifi (Arash Ashtiani), dan berusaha keras untuk memastikan dia dihukum karena kejahatannya.

Sebagai film thriller “Holy Spider” mencakup semua kriteria dari film yang menarik ditonton. Alur ceritanya dibuat tegang dan plotnya juga mencekam, tiba-tiba berubah menjadi drama pengadilan di tengah film dengan visual yang renyah. Banyak kritikus bakal membandingkan Abrasi dengan David Fincher karena keberanian mereka menyuguhkan film dengan subjek-subjek berat. Akting kedua pemain utamanya juga memberikan nuansa bagi karakter mereka dan membuat penonton memahami kedua sudut pandang tersebut.

Abbasi membuat film tidak konvensional untuk mengekspos kepercayaan patriarki yang sudah mendarah daging di Iran tanpa harus menggabungkan banyak adegan mengerikan yang tidak memberikan substansi baru dalam estetikanya. Kegagalan terbesarnya adalah kurang mendalami unsur-unsur relevan dari kisah ini— dari kelas hingga patriarki hingga agama — hanya demi bisa dinikmati khalayak luas.