Startup Indonesia yang Masuk Daftar Forbes Asia 100 To Watch

Sekolahnews.com – Baru-baru ini Forbes merilis daftar perusahaan kecil dan perusahaan rintisan (startup) yang sedang naik daun di kawasan Asia-Pasifik. Daftar yang bertajuk Forbes Asia 100 to Watch” ini mencatat perusahaan kecil dan startup yang mampu mengatasi berbagai masalah seperti meningkatkan transportasi di kota-kota padat, memperluas konektivitas yang terjangkau di daerah terpencil, dan mencegah food waste atau pemborosan makanan.

Untuk membuat daftar ini, Forbes Asia melakukan pengajuan secara daring dan mengundang akselerator, inkubator, organisasi advokasi Usaha Kecil Menengah (UKM), universitas, pemodal ventura, dan lainnya untuk menominasikan berbagai perusahaan.

Adapun seluruh perusahaan kecil dan startup yang masuk ke dalam daftar ini harus berkantor pusat di kawasan Asia-Pasifik, berusia setidaknya 1 tahun, dimiliki secara pribadi, mencari laba, dan memiliki pendapatan tahunan atau total pendanaan tidak lebih dari 20 juta dollar AS hingga 1 Agustus.

Dari 900 kandidat, telah ditetapkan 100 perusahaan kecil dan startup terbaik dari 17 negara dan wilayah. India dan Singapura menjadi negara yang perusahaan kecil dan startup-nya masuk paling banyak dalam daftar ini. India menyumbang 22 perusahaan sedangkan Singapura menyumbang 19 perusahaan.

Kemudian, Hong Kong juga menyumbang 10 perusahaan kecil dan startup. Tak kalah dengan negara lain, Indonesia juga menjadi salah satu negara penyumbang perusahaan kecil dan startup terbanyak, yaitu sebanyak 8 perusahaan.

Berikut startup lokal yang berhasil masuk daftar Forbes Asia 100 to Watch.

1. Beau Bakery

Beau Bakery merupakan toko roti dan kafe yang memproduksi roti dan kue artisan dengan bahan-bahan lokal. Mengutip dari Fimela, artisan berarti produk berkualitas tinggi atau khas yang dibuat dalam jumlah kecil dan biasanya dibuat dengan tangan atau menggunakan metode tradisional.

Startup yang masuk ke dalam kategori food & hospitality ini didirikan pada 2015 dengan Talita Setya sebagai CEO. Pada 2019, Beau Bakery memperoleh pendanaan dari SEAF Women’s Opportunity Fund.

2. Bobobox

Startup yang berdiri sejak 2017 ini merupakan startup dengan kategori food & hospitality dengan Indra Gunawan sebagai CEO. Adapun Alpha JWC Ventures dan Horizons Ventures menjadi dua pendukung dana utama.

Bobobox menawarkan akomodasi berupa hotel kapsul yang terjangkau di Indonesia, dengan tempat tidur pod di 14 lokasi yang tersebar di seluruh Indonesia. Para pelanggan dapat membayar akomodasi ini per malam. Namun, bisa juga menyewa per jam di untuk beberapa lokasi.

Kini, Bobobox juga telah mengembangkan bisnis berupa penyewaan kabin di hutan yang disebut Bobocabin dan campervan dengan nama Bobovan.

3. Dekoruma

Dekoruma merupakan startup dengan kategori eCommerce dan retailStartup yang berdiri pada 2015 ini merupakan one-stop-shop untuk rumah dan tempat tinggal yang menjual mulai dari furniture, layanan arsitektur, hingga daftar penjualan perumahan.

Adapun CEO Dekoruma adalah Dimas Harry Priawan. Kemudian, pada tahun lalu, startup ini mendapat pendanaan dari InterVest, Foundamental, OCBC NISP Ventura, Skystar Capital, dan lainnya.

4. Evermos

Evermos merupakan platform perdagangan sosial yang berfokus pada produk Muslim yang didirikan pada 2018 dengan Iqbal Muslimin sebagai CEO. Startup dalam kategori eCommerce dan retail ini menghubungkan konsumen dengan pengecer dan merek yang menawarkan barang halal.

Dalam dua tahun, Evermos mampu menarik 500 merek dan 75.000 jaringan pengecer yang dibayar dengan komisi. Kemudian, pendukung utama startup ini adalah Alpha JWC Ventures dan Jungle Ventures.

5. Otoklix

Otoklix adalah startup dalam kategori logistik dan transportasi dengan Martin Reyhan Suryohusodo sebagai CEO. Startup yang didirikan pada 2019 ini mendapatkan dukungan dana dari Sequoia Surge.

Platform Otoklix dapat menghubungkan pemilik mobil dengan bengkel mobil terpercaya dengan harga standar dan transparan. Sampai saat ini, Otoklix telah bekerja sama dengan lebih dari 1.300 bengkel untuk memperbaiki 10.000 mobil per bulan.

6. Populix

Satu lagi startup kategori eCommerce dan retail yang masuk daftar ini adalah Populix. Populix didirikan pada 2018 dengan Timothy Astandu sebagai CEO. Adapun pendukung utama mereka adalah Intudo Ventures, Pegasus Tech, dan Quest Ventures.

Platform riset dan penelitian ini mengklaim telah menghubungkan berbagai perusahaan kepada 260.000 penduduk Indonesia yang gemar berbelanja. Populix juga mengklaim pendapatannya tumbuh lebih dari 380 persen dari 2019 hingga 2020.

7. PrivyID

PrivyID merupakan satu-satunya startup berkategori teknologi yang masuk daftar ini. Telah berdiri sejak 2016, PrivyID menyediakan identitas digital dan tanda tangan digital yang sah secara hukum. Layanan ini telah digunakan oleh bank, perusahaan telekomunikasi, dan perusahaan kesehatan.

CEO PrivyID adalah Marshall Pribadi dan baru-baru ini mereka mendapatkan pendanaan dari Google for Startups. Selain itu, Mandiri Capital Indonesia dan Telkomsel juga menjadi pendukung utama PrivyID.

8. Sampingan

Sampingan adalah platform yang menghubungkan perusahaan dengan para pekerja lepas untuk melakukan pekerjaan paruh waktu atau dengan waktu penuh. Layanan Sampingan telah beroperasi di 80 kota di Indonesia dengan klien seperti GoTo dan Unilever.

Sampingan didirikan pada 2018 dengan kategori pendidikan dan rekrutmen. Adapun CEO Sampingan adalah Wisnu Nugrahadi. Sejauh ini, Sampingan telah mengantongi total dana sebesar 7,1 juta dolar AS dari berbagai investor seperti Altara, Antler, dan Golden Gate Ventures.(goodnewsfromindonesia.id).