Zeth Wonggor, Pelindung Burung Surga di Pegunungan Arfak

Sekolahnews.com -Setelah berlangsung sekitar dua pekan, Konferensi Tingkat Tinggi perubahan iklim COP26 di Glasglow, Skotlandia, telah resmi berakhir. Pertemuan yang membahas upaya penyelamatan bumi tersebut telah menghasilkan berbagai keputusan terkait dengan elemen-elemen Perjanjian Paris.
Salah satu keputusan penting dari COP26 adalah komitmen mengembalikan hutan dan menyejahterakan masyarakat adat. Komitmen lain juga berkaitan dengan menghentikan serta mengembalikan hilangnya hutan dan degradasi lahan pada tahun 2030 sambil memberikan pembangunan berkelanjutan dan mempromosikan transformasi pedesaan yang inklusif.
Konferensi tersebut pun menekankan peran penting dan saling bergantung dari semua jenis hutan, keanekaragaman hayati dan penggunaan lahan berkelanjutan dalam memungkinkan dunia untuk memenuhi tujuan pembangunan berkelanjutan, beradaptasi dengan perubahan iklim, dan untuk memelihara jasa ekosistem lainnya.
Negara partisipan pun telah berkomitmen untuk penggunaan lahan yang berkelanjutan, konservasi, perlindungan, pengelolaan berkelanjutan dan restorasi hutan, dan ekosistem terestrial lainnya.
Adapun salah satu upaya yang akan diperkuat bersama adalah melestarikan hutan dan ekosistem darat lainnya dan mempercepat pemulihannya, memfasilitasi kebijakan perdagangan dan pembangunan yang mendorong pembangunan berkelanjutan, serta produksi dan konsumsi komoditas berkelanjutan, yang bekerja untuk keuntungan bersama negara, dan yang tidak mendorong deforestasi dan degradasi lahan.
Sama-sama punya misi yang baik untuk lingkungan, di Indonesia ada sosok Zeth Wonggor dari Pegunungan Arfak, Papua Barat, yang punya caranya sendiri dalam melestarikan keanekaragaman hayati di daerahnya.
Zeth Wonggor adalah seorang penggagas upaya konservasi keanekaragaman hayati di sekitar Pegunungan Arfak. Siapakah Zeth Wonggor dan apa saja upaya yang dilakukan untuk lingkungan?
Penjaga keanekaragaman hayati dari Pegunungan Arfak
Mari berkenalan dengan sosok Zeth Wonggor. Ia adalah seorang penunjuk jalan dan pemandu burung yang sudah sangat berpengalaman. Zeth sudah terlatih memimpin perjalanan dalam tur pengamatan burung di Pegunungan Arfak sejak tahun 1994.
Pengetahuan mendalam tentang satwa liar di daerah asalnya, ditambah dengan pengalaman sebagai pemimpin tur membuat Zeth memiliki reputasi yang baik dan dikenal sebagai pemandu yang andal dan sukses.
Namanya pun semakin tersohor di kalangan pengamat burung dari berbagai negara setelah mengantar Sir David Attenborough, penulis dan penyiar program sejarah BBC yang saat itu datang ke Pegunungan Arfak untuk mendokumentasikan cenderawasih.
Tak sampai di situ, namanya pun pernah tercatat sebagai penerima penghargaan Kalpataru dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan pada tahun 2020. Seperti yang kita ketahui bahwa Kalpataru merupakan penghargaan tertinggi di bidang lingkungan hidup di Indonesia. Penghargaan tersebut diberikan kepada individu atau kelompok yang dinilai berjasa dalam melestarikan lingkungan hidup.
Zeth menerima Kalpataru kategori Perintis Lingkungan. Seperti dilansir Kompas.com, Zeth merupakan seorang penggagas upaya konservasi keanekaragaman hayati di sekitar Pegunungan Arfak.
Pegunungan Arfak merupakan gugusan gunung yang membentang di bagian kepala burung Pulau Papua dan memiliki ketinggian hingga 2.950 meter diatas permukaan laut. Kawasan pegunungan tersebut diketahui memiliki tipe ekosistem yang beragam, yaitu hutan hujan dataran rendah, hutan hujan kaki gunung, dan hutan hujan lereng pegunungan.
Rupanya, perbedaan tipe ekosistem itu membuat Pegunungan Arfak memiliki keanekaragaman hayati yang bernilai tinggi. Diperkirakan ada 2.770 jenis anggrek, 110 spesies mamalia, dan 320 spesies aves hidup di pegunungan tersebut.
Di antara ratusan aves, ada empat spesies cenderawasih yang hanya bisa ditemukan di Arfak, yaitu parotia Arfak (Parotia sefilata), vogelkop superb-bird-of-paradise (Lophorina niedda), paradigalla ekor panjang (Paradigalla carunculata), dan astrapia Arfak (Astrapia nigra). Cenderawasih memang menjadi salah satu daya tarik dari Papua. Burung dengan warna tubuh ini memang begitu cantik sampai dikenal dengan julukan Bird of Paradise atau burung surga.
Pegunungan Arfak memiliki peran penting bagi kehidupan manusia, flora, dan fauna. Kawasan tersebut pun sudah ditetapkan menjadi Cagar Alam Pegunungan Arfak (CAPA) pada 11 Agustus 1992.(goodnewsfromindonesia.id).