4 Kebiasaan Sehari-Hari yang Dapat Mencemari Air

Sekolahnews.com – Pencemaran air merupakan masalah lingkungan yang sangat besar karena terjadi sebuah perubahan dalam tempat-tempat penampungan air, seperti sungai, air tanah, dan lautan. Perubahan tersebut dapat berdampak kepada penurunan kualitas air bahkan sampai air tersebut tidak lagi bisa digunakan.

Meski dikenal sebagai negara kepulauan dengan sumber air berlimpah, sayangnya kualitas dan kuantitas air di Indonesia belum masuk kategori layak. Dalam indeks World Economic Forum (WEF) Travel and Tourism Competitiveness Report 2019 menempatkan Indonesia di peringkat 102 dari 130 negara dalam kategori kesehatan dan kebersihan.

Sementara itu dalam Environmental Performance Index dari Universitas Yale, Amerika Serikat, Indonesia berada pada peringkat 132 dari 184 negara dalam kategori air dan sanitasi.

Tidak menggunakan tangki septik sesuai standar

Tangki septik merupakan bak kedap air yang fungsinya adalah menampung limbah kotoran manusia. Setelah masuk ke dalam tangki, bagian padat akan tertinggal di dalam bak sedangkan bagian cair akan keluar dari tangki dan diresapkan melalui bidang atau sumur resapan. Bisa juga membuat filter untuk mengelola cairan.

Namun, tangki septik tidak bisa dibuat begitu saja dan perlu mengikuti aturan. Dalam Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) Nomor 3 Tahun 2014 tentang Sanitasi Total Berbasis Masyarakat, disebutkan bahwa setiap jamban perlu dilengkapi dengan tangki septik.

Penggunaan plastik berlebihan

Sampah plastik yang tidak didaur ulang akan berakhir di tempat pembuangan sampah, sungai, dan lautan. Tahun 2017, penelitian oleh Orb Media menyatakan bahwa sebagian besar air ledeng dan air tanah di dunia mengandung mikroplastik. Dari 21 sampel air yang diambil di Jakarta, sebanyak 76 persen mengandung mikroplastik.

Pemakaian plastik telah memicu sampah di lautan, mencemari tanah dan air tanah, racun dari partikel plastik masuk ke tanah dan membunuh hewan pengurai, mengganggu jalur air yang teresap ke dalam tanah, menurunkan kesuburan tanah, dan pembuangan plastik ke sungai menyebabkan terjadinya pendangkalan sungai dan penyumbatan aliran sungai yang menyebabkan banjir.

Penggunaan microbeads

Dalam kegiatan sehari-hari, manusia menggunakan berbagai sabun untuk mandi, membersihkan peralatan rumah tangga, lantai, kendaraan, binatang peliharaan, dan sebagainya. Namun, banyak produk pembersih mengandung bahan yang dapat merusak lingkungan, contohnya microbeads.

Microbeadsjuga dikenal dengan nama lain seperti Polyethylene (PE), Polypropylene (PP), Polyethylene Terephthalate (PET), Polymethyl Methacrylate (PMMA), dan Nylon. Microbeads merupakan potongan plastik yang berukuran kecil dan sering ditemukan di produk perawatan tubuh, mulai dari sabun cuci muka, produk eksfoliasi, sabun mandi, pasta gigi, lulur, hingga minyak wangi gel.

Penggunaan microbeads memang memberikan sensasi kesat, bersih, dan lembut pada lulur. Namun, microbeads juga menjadi salah satu polutan paling berbahaya di laut karena limbahnya kasat mata dan bentuknya serupa plankton. Karena bentuknya menyerupai plankton, bahkan ikan-ikan kerap memakannya dan kemudian terbunuh.

Penggunaan detergen

Detergen biasa digunakan untuk mencuci baju karena membuat pakaian kotor menjadi bersih dan produknya pun mudah ditemukan, harganya terjangkau, dan mudah digunakan. Namun, penggunaan detergen sebenarnya berbahaya bagi lingkungan.

Salah satu bahan dalam detergen adalah surfaktan dan alkyl benzene (ABS) sebagai penghasil busa. Air sisa mencuci dengan detergen akan mengalir dari setiap rumah setiap harinya ke saluran pembuangan, lalu ke sungai tanpa diolah terlebih dahulu. Air limbah cucian atau grey water ini seharusnya diolah sebelum dibuang ke sungai karena dapat menurunkan tingkat kesuburan tanah dan meresap ke air tanah, juga sumur-sumur milik warga.(goodnewsfromindonesia.id).