Apakah Suplemen Sama Dengan Obat?
Sekolahnews.com – Suplemen ataupun obat memang memiliki kemiripan dalam bentuk sediaan, entah itu dalam bentuk tablet, pil, kapsul, atau serbuk. Hal ini seringkali membuat sebagian orang menganggap bahwa keduanya memiliki fungsi yang sama, padahal sebenarnya tidak demikian. Lalu apa yang membedakan antara suplemen dan obat?
Kesehatan adalah salah satu hal paling penting dalam hidup ini. Dengan jiwa dan raga yang sehat, manusia menjadi produktif, baik secara sosial maupun ekonomi. cara untuk menjaga kesehatan antara lain berolahraga secara teratur, mengonsumsi makanan yang sarat gizi, dan mengonsumsi berbagai jenis suplemen.
Berikut perbedaan antara suplemen dan obat:
1. Definisi
Menurut Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), suplemen makanan adalah produk yang dimaksudkan untuk melengkapi kebutuhan zat gizi makanan, mengandung satu atau lebih bahan berupa vitamin, mineral, asam amino atau bahan lain (berasal dari tumbuhan atau bukan tumbuhan) yang mempunyai nilai gizi dan atau efek fisiologis dalam jumlah terkonsentrasi.
Baca juga: Ini Risiko Bila Berlebihan Konsumsi Vitamin C
Sementara obat adalah suatu bahan atau paduan bahan-bahan yang dimaksudkan untuk digunakan dalam menetapkan diagnosis, mencegah, mengurangi, meningkatkan kesehatan, menyembuhkan penyakit atau gejala penyakit pada manusia.
2. Tujuan Konsumsi
Seperti definisi di atas, tujuan konsumsi suplemen hanya untuk melengkapi zat gizi dari menu makanan sehari-hari yang mungkin masih kurang. Berbeda dengan obat yang ditujukan untuk mendiagnosis, mencegah, atau menyembuhkan suatu penyakit.
3. Siapa yang Boleh Mengonsumsi?
Hampir semua orang diperbolehkan mengonsumsi suplemen selama orang tersebut tidak diberi pantangan oleh dokter. Sementara itu, sebagian konsumsi obat hanya diperbolehkan dengan izin dari dokter.
4. Lamanya Konsumsi
Jangka waktu mengonsumsi obat cenderung lebih singkat, tergantung pada tingkat keparahan penyakit yang diderita. Jika pasien sembuh, maka biasanya dokter menyuruh pasien untuk menghentikan obat. Sedangkan suplemen cenderung boleh dikonsumsi setiap hari.
Terkadang banyak orang enggan untuk rutin mengonsumsi suplemen setiap harinya. Mereka menganggap suplemen dan obat sama-sama memilki efek samping yang serius bila sering dikonsumsi. Padahal kenyataannya tidak demikian.
5. Bahan Baku
Suplemen umumnya berasal dari bahan baku alami yang diproses dengan proses kimia. Lalu pada obat, bahan yang digunakan lebih didominasi oleh bahan kimia.
6. Dosis Pemakaian
Baik suplemen maupun obat, keduanya sama-sama memiliki dosis yang telah ditetapkan. Namun ketepatan dosis untuk obat biasanya lebih ketat. Kalau kita diharuskan mengonsumsi obat 250 mg empat kali sehari oleh dokter, maka sebatas itulah yang bisa kita terima dan berdampak baik pada tubuh kita.
Baca juga: Wow! Pelajar Ini Menemukan Obat Herbal untuk Mencegah Kanker
Konsumsi obat yang melebihi itu akan menimbulkan efek samping yang cukup serius. Sementara itu untuk dosis pemakaian pada suplemen sebenarnya juga ditetapkan. Namun penetapan dosis pemakaian suplemen biasanya lebih ke arah anjuran, tidak ketat seperti dosis obat.
7. Registrasi suplemen berbeda dengan obat
Suplemen kerap hadir dalam bentuk sediaan tablet, kapsul, atau sirup, sama seperti obat. Lalu, bagaimana cara membedakan suatu tablet adalah obat ataukah suplemen? Cara paling mudah adalah dengan memperhatikan nomor registrasi Badan POM yang tertera pada kemasannya.
Untuk obat, nomor registrasinya terdiri dari 15 karakter. Karakter pertama adalah D untuk obat dengan nama dagang atau G untuk obat dengan nama generik. Sedangkan karakter kedua adalah K untuk obat keras, T untuk obat bebas terbatas, dan B untuk obat bebas. Dan karakter ketiga adalah L untuk obat buatan dalam negeri dan I untuk obat impor. Sebagai contoh, akan tertera nomor registrasi DKL1234567891A1.
Nah, untuk suplemen, nomor registrasinya adalah POM SD123456789 untuk suplemen makanan produksi dalam negeri, POM SI123456789 untuk suplemen makanan impor, dan POM SL123456789 untuk suplemen makanan dengan lisensi.
8. Suplemen dilarang mengandung bahan yang tergolong obat
Dalam peraturan tentang suplemen yang beredar di Indonesia, Badan POM menyatakan bahwa sebuah suplemen dilarang mengandung bahan yang tergolong obat, narkotika, atau psikotropika. Jadi, Kamu tidak mungkin menjumpai suplemen berisi vitamin dan mineral, sekaligus obat untuk flu.
Badan POM juga memberi batasan jumlah yang diperbolehkan untuk beberapa zat dalam suplemen. Misalnya, batas maksimal vitamin C dalam suplemen adalah 1.000 mg per hari. Sedangkan untuk asam folat adalah 800 mikrogram per hari.
Baca juga: Bagaimana Cara Meningkatkan Kekebalan Tubuh ?
Namun, asam folat dalam suplemen untuk ibu hamil diizinkan memiliki batas maksimal 1.000 mikrogram per hari. Selain itu, ada beberapa tumbuhan, hewan, dan mineral yang dilarang berada di dalam suplemen, misalnya mineral arsen dan fluor.
9. Suplemen tidak bertujuan untuk mencegah atau mengobati penyakit
Nah, ini adalah hal paling fundamental yang membedakan antara suplemen dengan obat. Obat adalah bahan atau campuran bahan yang digunakan untuk memengaruhi sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan, dan kontrasepsi.
Sementara itu, suplemen adalah produk yang dimaksudkan untuk melengkapi kebutuhan zat gizi makanan, mengandung satu atau lebih bahan berupa vitamin, mineral, asam amino, atau bahan lain, yang mempunyai nilai gizi dan atau efek fisiologis dalam jumlah terkonsentrasi.