Kenapa Jumlah Hari di Bulan Februari Lebih Sedikit? Begini Sejarahnya

Sekolahnews.com – HARI dalam bulan Februari lebih sedikit dari bulan lainnya. Ternyata ada sebab di balik perbedaan tersebut akibat sebuah perubahan yang terjadi di zaman lampau. Bagaimana sejarahnya?
Pada masa dahulu, hanya terdapat 10 bulan dalam 1 tahun. Hitungannya dimulai dari bulan Maret dan diakhiri di bulan Desember.
Namun hitungan 10 bulan dalam 1 tahun itu tidak sesuai dengan perubahan musim dan hitungan hari per tahun yang hanya berjumlah 304 hari.
Sebagai solusi, Raja Roma Numa Pompilius pada 700 SM menambahkan jumlah bulan yang semula 10 menjadi 12. Februari lantas menjadi bulan penutupan dalam 1 tahunnya.
Penambahan bulan ini membuat hari dalam satu tahun juga bertambah jadi 354 atau 355. Perhitungannya sebagai berikut:
Martius (Maret) 31 hari
Aprilis (April) 29 hari
Maius (Mei) 31 hari
Junius (Juni) 29 hari
Quintilis (Juli) 31 hari
Sextilis (Agustus) 29 hari
September 29 hari
October (Oktober) 31 hari
November 29 hari
December (Desember) 29 hari
Ianuaris (Januari) 29 hari
Februarius (Februari) 29 hari
Selanjutnya Kaisar Julius Caesar menetapkan bahwa 1 tahun terdapat 365 atau dan 366 hari, yang setiap 4 tahun sekali disebut sebagai tahun kabisat. Perubahan ini dilakukan karena menurut Caesar, perhitungan Numa Pampilius masih tidak tepat. Julius Caesar menetapkan bulan Februari memiliki 29 hari dan di setiap tahun kabisat menjadi 30 hari.
Masa kepemimpinan terus berganti, kemudian Julius Caesar digantikan oleh Kaisar Agustus, yang kemudian mengubah nama bulan Sextilis menjadi Augustus untuk mengabadikan namanya. Ia juga mengubah bulan Augustus yang tadinya hanya berjumlah 30 hari menjadi 31 hari. Augustus juga mengurangi hari di bulan Februarius untuk menambahkan hari di bulan Augustus. Jadi, Februarius hanya berjumlah 28 hari dan 29 hari di tahun kabisat.
Tahun terus berganti dan Kalender Romawi menunjukan kesalahannya lagi. Hal ini kemudian dikoreksi oleh Paus Gregorius XIII yang merupakan pimpinan gereja Katolik di Roma (1582). Setelah dikoreksi, Paus Gregorius mengambil keputusan yaitu menetapkan bahwa awal tahun diubah menjadi tanggal 1 Januari dan bulan Desember menjadi penutup.
Nama Februari sendiri berasal dari nama sebuah festival di Romawi yaitu Februa, yang merupakan festival untuk penyucian. Festival ini biasa diadakan pada hari ke-15 di bulan tersebut. Nama Februa mengacu pada salah satu suku kuno yang bertempat di Romawi, yaitu suku Sabine.(okezone.com).