Pesawat N-250 dan BJ. Habibie

Sekolahnews.com — Pesawat N-250 adalah pesawat terbang asli buatan anak bangsa tersebut diproduksi IPTN (Industri Pesawat Terbang Nusantara, kini menjadi PT Dirgantara Indonesia).

Sedangkan pemilihan nama Gatotkaca ini ditentukan oleh Presiden Soeharto. Alasannya, Gatotkaca merupakan tokoh pewayangan Jawa yang berwujud ksatria gagah perkasa yang dapat terbang.

Adalah Bacharuddin Jusuf Habibie atau dikenal B.J Habibie yang membuat masterpiece pesawat turboprop N250 Gatotkaca itu. Sebelum menjadi presiden, pria kelahiran Parepare 25 Juni 1936 Sulawesi Selatan, dikenal sebagai pakar dunia penerbangan.

Masuk kuliah di Institut Teknologi Bandung (ITB, dulu Universitas Indonesia Bandung) pada 1954, ia kemudian mendapatkan beasiswa dari Menteri Pendidikan dan Kebudayaan untuk melanjutkan kuliah di Rhein Westfalen Aachen Technisce Hochschule (RWTH) Jerman dengan spesialisasi konstruksi pesawat terbang (Teknik Penerbangan).

Baca juga: 4 Karya Hebat BJ Habibie di Dunia Penerbangan

Setelah lulus, ia bekerja di sebuah industri kereta api Firma Talbot di Jerman sambil melanjutkan studi doktornya. Pada 1965-1969, ia bekerja di Messerschmitt-Bölkow-Blohm, sebuah perusahaan penerbangan yang berpusat di Hamburg, Jerman. Jabatannya saat itu ialah Kepala Penelitian dan Pengembangan Analisis Struktur Pesawat Terbang.

Kehebatan Habibie dalam teknologi penerbangan dikenal banyak negara. Salah satu hasil penemuannya adalah crack progression theory atau teori Habibie.

Teori tersebut dipakai untuk memprediksi crack propagation point atau letak awal retakan pada pesawat, terutama sayap, yang merupakan struktur penyangga, sehingga selalu menahan tekanan, apalagi saat take off (lepas landas), landing (mendarat), dan mengalami turbulensi. Sejak itu ia dijuluki Mister Crack.

Pada Januari 1974 Presiden Filipina, Ferdinand Marcos pernah meminta Habibie mengembangkan industri kedirgantaraan Filipina pada Januari 1974.

Segala fasilitas disebut sudah dipersiapkan untuk memanjakannya. Namun, dua minggu setelah pertemuan itu Habibie menolak ajakan tersebut.

Presiden Soeharto yang mendengar berita itu mengutus Direktur Utama Pertamina pertama, Ibnu Sutowo untuk memulangkan Habibie dari Jerman. Dan pada Maret 1974, Habibie akhirnya pulang ke tanah air. Sesuai instruksi Ibnu Sutowo ia diberi jabatan sebagai Penasihat Direktur Utama Pertamina.

Setahun kemudian, Suharto dan Ibnu Sutowo membentuk Divisi Advanced Technology dan Teknologi Penerbangan Pertamina. Divisi lalu menjadi Industri Pesawat Terbang Nusantara (IPTN) yang mulai beroperasi pada 26 April 1976. Suharto lantas memberikan kepercayaan pada Habibie untuk memimpin IPTN beserta PAL dan Pindad pada 1989.

Sejarah N-250

Pesawat N-250 adalah pesawat penumpang sipil (airliner) regional komuter turboprop dan diharapkan dapat bersaing merebut pasar di kelas 50-70 penumpang dengan keunggulan yang dimiliki di kelasnya (saat diluncurkan pada tahun 1995).

Pesawat ini adalah pesawat pertama di kelasnya – subsonic speed – yang menggunakan teknologi fly by wire (seluruh gerakannya dikendalikan dengan komputerisasi). Pada saat itu, N250 merupakan pesawat ketiga yang menerapkan teknologi ini, selain Airbus A340 dan Boeing 767. Tapi dua pesawat itu adalah pesawat penumpang jet berkapasitas besar.

Baca juga: Penemuan 7 Ilmuwan Tanah Air Ini Diakui Dunia

Menggunakan kode N yang berarti Nusantara menunjukkan bahwa desain, produksi dan perhitungannya dikerjakan di Indonesia atau bahkan Nurtanio, yang merupakan pendiri dan perintis industri penerbangan di Indonesia.

Berbeda dengan pesawat sebelumnya seperti CN-235 di mana kode CN menunjukkan CASA-Nusantara atau CASA-Nurtanio, yang berarti pesawat itu dikerjakan secara patungan antara perusahaan CASA Spanyol  dengan IPTN.

Sayangnya pada 1998, Indonesia yang saat itu mengalami krisis ekonomi, membutuhkan bantuan pendanaan dari International Monetary Fund (IMF).

Salah satu isi perjanjian dengan IMF menyebut Indonesia akan diberi bantuan namun tidak boleh mengembangkan pesawat sendiri. Maka Indonesia terpaksa mengubur mimpi memproduksi massal N250.

Purwarupa pesawat N250 hanya disimpan di hanggar milik PTDI selama 25 tahun dan pada 21 Agustus 2020, pesawat ini menjadi salah satu koleksi Museum Pusat TNI AU Dirgantara Mandala.