Turun Hujan Es ? Biasa Saat Pancaroba

Sekolahnews.com – Hujan es ini dalam ilmu meteorologi disebut juga dengan hail. Hail atau hujan es ini adalah presipitasi yang terdiri atas bola-bola es. Salah satu pembentukan dari bola- bola es ini adalah melalui kondensasi uap air lewat proses pendinginan di atmosfer pada sebuah lapisan yang terdapat di atas level beku. 

Salah satu yang menyebabkan terjadinya hujan es adalah pembekuan. Dimana pada kondisi ini, uap air lewat dingin tertarik ke permukaan benih- benih es. Kemudian karena terjadi pengembunan yang mendadak, maka terjadi pembentukan es dengan ukuran yang sangat besar. Sebenarnya hujan es ini bukanlah fenomena alam yang aneh dan langka. Hujan es ini sudah seringkali terjadi. Dan terjadinya hujan es ini bisa saja menimpa daerah- daerah tropis bahkan bukan di saat musim penghujan. Butiran es yang jatuh saat hujan es merupakan kondensasi dari air hujan yang menggumpal di atas permukaan bumi yang disebut dengan awan gelap.

Hujan es yang biasanya disertai dengan angin puting beliung ini berasal dari jenis jenis awan yang memiliki sel tunggal berlapis- lapis dekat dengan permukaan bumi. Selain itu dapat pula berasal dari multi sel awan, pertumbuhannya ini secara vertikal dan luas area horisontalnya sekitar 3 -5 kilometer. Hujan es ini terjadi dengan durasi yang sangat singkat, antara 3 hingga 5 menit. Hujan es  yang paling lama adalah dengan durasi 10 menit, dan itupun sangat jarang terjadi. Maka biasanya huja es ini sifatnya lokal dan tidak merata. Dan jenis yang berlapis- lapis ini menjulang arah vertikal hingga ketinggian lebih dari 30.000 kaki. Jenis awan yang bentuknya berlapis- lapis menyerupai kembang kol ini disebut dengan awan Cumulo Nimbus atau CB yang juga merupakan musuh terbesar para pilot pesawat.

Oleh karena itu Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyatakan hujan es yang melanda wilayah Yogyakarta dan Kalimantan fenomena wajar saat pancaroba.
“Tercatat hujan es di Yogyakarta ini hal yang biasa, di mana fenomena terjadi pada saat musim peralihan dari musim hujan ke musim kemarau ataupun dari musim kemarau ke musim hujan,” ujar Kasubid Prediksi Cuaca BMKG Muhammad Fadli saat dihubungi dari Jakarta, Kamis.
BMKG menerangkan hujan es merupakan presipitasi (fenomena atmosfer) yang terdiri atas bola-bola es. Salah satu proses pembentukan hujan es melalui kondensasi uap air lewat pendinginan di atmosfer pada lapisan di atas level beku.
Hujan es terjadi jika terdapat awan Cumulonimbus yang menjulang tinggi. Saat udara hangat, lembab, dan labil terjadi di permukaan Bumi maka pengaruh pemanasan Bumi yang intensif akibat radiasi Matahari akan mengangkat massa udara tersebut ke atas ata atmosfer dan mengalami pendinginan.
Proses itu bisa sampai terjadi Freezing Level yang kemudian membentuk kristal-kristal es dengan ukuran yang cukup besar. Karena adanya gaya potensial kristal es ini jatuh dan bergesekan, bertumbukan dengan materi di bawahnya sehingga mencair dan menjadi tetes hujan .
Ketika ada butiran es yang sampai di bawah menandakan bahwa saat jatuh butiran itu tak mengalami atau sedikit bergesekan dengan materi di bawahnya akibat tersapu angin kencang di atasnya.
“Biasanya hujan es ini terjadi siang atau hingga sore dengan durasi singkat lima sampai 15 menit,” kata dia.