Studi S2 sambil Jadi Kepala Sekolah, Lulusan Unesa Ini Dapat IPK 4,0!

Sekolahnews.com – Bagi yang sudah bekerja ataupun sudah berkeluarga, menyelesaikan studi membutuhkan manajemen waktu yang sangat baik. Hal ini dibuktikan oleh Tuwuh Handayani, kepala sekolah plus peraih IPK sempurna 4,0 di Universitas Negeri Surabaya (Unesa).

Kepala Sekolah SDN Bandungrejo 1, Bojonegoro itu tak pelak menjadi lulusan terbaik dalam wisuda periode 105 Unesa, (18/3/2022) lalu. Namun, pastinya untuk meraih ini dia harus membangun komitmen dari semester ke semester.

Tuwuh Handayani mengatakan, kuliah sambil mengajar maupun menjabat adalah pengalaman yang amat menantang. Selain komitmen, dia harus memanajemen waktu dengan baik supaya kewajiban atas ketiganya tidak terabaikan.

Masa Terberat Perkuliahan
Tuwuh Handayani menerangkan, kunci darinya dalam menyelesaikan studi adalah manajemen waktu dan komitmen pribadi. Di samping itu, dia juga membuat prioritas kegiatan.

“Biasanya prioritas kerja dan kuliah aja dulu, sehingga aktivitas yang lain dikurangi. Karena banyak yang harus dikerjakan, saya sering mengerjakan tugas kuliah sampai larut malam,” ungkapnya, dikutip dari rilis laman resmi Unesa.

Menurutnya, masa paling berat saat menempuh studi S2 adalah saat semester satu dan dua. Pada waktu itu masih ada banyak SKS (satuan kredit semester), sehingga ada banyak tugas yang dikerjakan. Terlebih, tugas-tugas tersebut cenderung ke arah riset, analisis, dan lainnya yang pastinya memerlukan waktu dan tenaga.

Lulusan terbaik ini bercerita, dia sempat kewalahan pada saat ibunya dirawat di rumah sakit karena COVID-19. Sementara, pada waktu itu pun dia sedang ujian semester.

“Tetapi saya terus berjuang, sabar dan terus pada komitmen awal. Saya tidak boleh menyerah dan akhirnya sampai di titik ini,” tegasnya.

Tantangan tak berhenti di sana. Tuwuh beranggapan, tantangan semester adalah tesis.

Dia mengangkat tajuk “Pengembangan Bahan Ajar Teks Fiksi Berbasis Kearifan Lokal dalam Pembelajaran Literasi Membaca Peserta Didik Kelas IV Sekolah Dasar”. Tuwuh Handayani mengambil tema ini lantaran merasa prihatin dengan rendahnya angka literasi di Bojonegoro, khususnya siswa sekolah dasar.

Menurutnya, makna literasi pada hakikatnya adalah membaca dan memahami maksud suatu bacaan untuk kemudian diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Berdasarkan apa yang dia temui, para siswa mampu membaca cerita yang diberikan guru, tetapi belum sepenuhnya dapat menyimpulkan maksud dan memahami cerita yang mereka baca.

Ke depannya, peraih IPK sempurna ini akan menjalankan tugas dan tanggung jawabnya sebagai kepala sekolah sekaligus guru. Walaupun memiliki keinginan untuk S3, Tuwuh Handayani akan fokus pada peningkatan mutu pendidikan terlebih dulu.

“Fokus mengajar dulu sambil merencanakan lanjut studi ke jenjang berikutnya,” ujarnya.(detik.com).