3 Operasi Pembebasan Oleh TNI
Sekolahnews.com — Dalam sejarahnya, berbagai prestasi menggentarkan dunia telah ditorehkan TNI. Bukan hanya soal kemampuan tempur, namun juga intelektualitas para perwira dan prajurit TNI yang berkali-kali terbukti menjadi yang terbaik dalam pendidikan/pelatihan di level global.
Soal kemampuan tempur dan taktik perang, tak akan dilupakan dalam perjalanan historia TNI sejumlah momen keberhasilan. Salah satunya tentang pembebasan sandera.
Terkait hal ini, ada tiga operasi pembebasan yang melibatkan prajurit-prajurit terbaik TNI, seperti yang dilansir dari inews.com :
Berikut tiga operasi tersebut:
1. Operasi Woyla di Don Mueang, Bangkok
Awalnya tidak ada yang aneh pada hari itu, Sabtu, 28 Maret 1981. Pesawat DC-9 nomor penerbangan 206 milik maskapai Garuda Indonesia mulus lepas landas dari Pelabuhan Udara Sipil Talang Betutu, Palembang, Sumatera Selatan.

Pesawat yang dipiloti Kapten Pilot Herman Rante terbang membelah awan untuk menuju Bandara Polonia, Medan. Namun, tak lama setelah pesawat terbang itu, dua penumpang bangkit dari tempat duduk. Satu kokpit dan menodongkan senjata, satu lainnya berdiri di antara barisan penumpang.
Belakangan diketahui lima pembajak bersenjata api menguasai penerbangan itu. Mereka merupakan anggota Komando Jihad, kelompok ekstrem Islam Indonesia. Pembajak meminta pilot menerbangkan pesawat ke Kolombo, Sri Lanka. Namun, pilot menginformasikan hal tersebut tidak mungkin karena keterbatasan bahan bakar.
Pesawat selanjutnya dialihkan ke Penang, Malaysia, untuk mengisi avtur dan terbang lagi ke Thailand. Pesawat akhirnya mendarat di Bandara Don Mueang. Peristiwa pembajakan itu direspons cepat Pemerintah Indonesia. Disiapkanlah pasukan untuk untuk melakukan operasi pembebasan sandera. Tugas berat dan berisiko ini diserahkan kepada Kopassandha (kini Kopasssus) dengan dipimpin Letkol Sintong Panjaitan.
“Sikap pemerintah RI sudah jelas menghadapi pembajakan itu. Pemerintah bertekad dengan cara apa pun juga, di mana mereka berada, akan menyelamatkan penumpang maupun awak pesawat, berapa pun biayanya,” kata Sintong dikutip dari buku ‘Sintong Panjaitan: Perjalanan Seorang Prajurit Para Komando’.
Menurut Sintong, informasi tentang pembajak terus mengalir. Pimpinan kelompok Komando Jihad tersebut diketahui sebagai Mahrizal, seorang berkumi dan berambut gondrong. Dia pernah mendapatkan pendidikan di Arab Saudi.
Sintong pun membentuk tim berisi prajurit-prajurit terbaik Kopassandha. Sebelum operasi dimulai, mereka terlebih dahulu menggelar simulasi. Selama dua hari Tim Antiteror pimpinan Sintong itu menggelar latihan di hangar Garuda, Kemayoran, Jakarta Pusat. Simulasi menggunakan pesawat DC yang sama persis dengan dikuasai pembajak.
Senin, 30 Maret lepas tengah hari, Perdana Menteri Thailand Prem Tinsulanonda memberikan lampu hijau atas operasi militer pembebasan awak pesawat Woyla. Seiring persetujuan itu, briefing terus dilakukan Sintong pada anak buahnya.
Pada 31 Maret pukul 03.00 waktu setempat, operasi penyerbuan dilakukan. Sintong mengambil posisi di bawah sayap samping kiri berdekatan dengan Letda Rusman AT yang mebawa senapa serbu M16A1, sedangkan Kapten Suroso di bawah kokpit dan berlindung di bawah nose wheel. Pukul 02.40, Suroso melapor ke Sintong, semua pasukan sudah siap.
Sesuai rencana, jam “J” atau jam penyerbuan itu pukul 03.00. Begitu detik memasuki waktu ditentukan, perintah diberikan lewat handy talky. “Masuk-masuk,” kata Sintong. Operasi kilat dalam kegelapan malam itu dimulai dengan dobrakan pintu kabin pesawat. Tim Antiteror Kopassanda berteriak “Komando” untuk memberi efek gentar ke pembajak. Mereka juga meneriakkan agar penumpang berlindung.
Baku tembak terjadi. Dalam penyerbuan melalui pintu belakang saat tangga hidrolik berhasil diturunkan, Letnan Achmad Kirang menyerbu paling depan. Namun kehadirannya disambut tembakan dari pembajak. Tembakan itu mengenai perut bawah yang tidak terlindung rompi antipeluru.
Operasi kilat itu berhasil membebaskan seluruh penumpang pesawat. Dari lima pembajak, tiga tewas ditembak di luar pesawat, sedangkan dua terkapar di dalam pesawat namun masih bernapas. Tak berapa lama mereka juga tewas.
Dari TNI, Letnan Achmad Kirang gugur dalam perawatan di RSAU Bhumibol, Bangkok. Begitu pula pilot Herman Rante juga meninggal dunia di rumah sakit sama karena luka tembak. Mereka dimakamkan di TMP Kalibata, Jakarta. Operasi pembebasan sandera ini ini disiarkan luas oleh berbagai media di dunia.
2. Operasi MV Sinar Kudus, Somalia.
Kapal Sinar Kudus berisi empat warga negara Indonesia (WNI) dan 22 orang lain dibajak di Kepulauan Seychelles, Somalia. Operasi pembebasan memakan proses yang begitu panjang ketika itu. Bagi pemerintah Indonesia dan TNI, operasi pembebasan di laut ini merupakan operasi jarak jauh pertama yang dilakukan.

Kapal kargo Sinar Kudus yang dibajak perompak di Somalia. (Foto: Sindonews/Ist).
Kabar pembajakan kapal berbendera Indonesia segera ditanggapi pemerintah. Presiden SBY langsung menggelar rapat terbatas, dan memutuskan kapal dan anak buah kapal harus dibebaskan. Negosiasi dengan pembajak menjadi pilihan sambil menyiapkan operasi militer.
”Operasi militer menjadi tanggung jawab TNI, Panglima TNI saat itu Laksamana Agus Suhartono segera menyiapkan pasukan khusus TNI AL, Detasamen Jala Mangkara (Denjaka) untuk menjalankan tugas pembebasan kapal,” kata Komandan Korps Marinir (Dankormar) Mayjen TNI (Mar) Suhartono kepada tim Dispenad, belum lama ini. Saat pembajakan itu terjadi, Suhartono merupakan komandan Denjaka.
Operasi pembebasan ini didukung oleh pasukan elit TNI, seperti dari Den Jaka, Sat-81/Gultor, Batalyon Inti Amphibi, Kopaska, 4 Sea Riders, dan Frigate. Pada saat mendekat ke Perairan Somalia, tim penyelamat melakukan pengamatan permukaan dan udara yang dimulai dengan jarak 400 mil, hingga jarak 20 mil dengan terus mengikuti perkembangan komunikasi radio dengan satuan- satuan lain dari mancanegara yang beroperasi di perairan itu.
Tak mudah menemukan Sinar Kudus karena berada di antara puluhan kapal lain yang juga disandera di satu wilayah perairan itu. Sambil menunggu kesempatan, pasukan penyelamat bertolak ke Oman untuk mengisi ulang logistik dan bahan bakar. Dua hari berada di Oman, Mabes TNI di Jakarta memerintahkan pembebasan sandera agar dilakukan saat itu juga.
Pasukan penyelamat pun langsung bertolak ke lokasi penyanderaan. Dengan cepat dan senyap, para sandera berhasil diselamatkan. Mereka kemudian dipindahkan ke sebuah kapal di daerah Hobyo, 511 km dari Mogadishu, ibu kota Somalia.
Selanjutnya, sandera dibawa ke safe house di Golkayo Town, setelah singgah di Budbud, yang berjarak 288 kilometer dari Mogadishu. Dari Golkayo Town, para sandera kemudian dibawa menggunakan United Nation Humanitarian Flight menuju Wajir Airport, perbatasan Kenya dan Somalia. Mereka tiba pada pukul 15.30 waktu setempat.
Setelahnya, sandera dibawa ke Bandara Nairobi, Kenya. Akhirnya, para sandera berhasil dibawa keluar dari wilayah Somalia, meski masih perlu beberapa hari untuk dilakukan pemulihan sebelum keempat sandera dipulangkan ke Indonesia.
3. Operasi Mapenduma, Papua
Operasi Mapenduma merupakan salah satu operasi pembebasan sandera terbesar sepanjang sejarah bangsa. Tak hanya itu, penyanderaan Mapenduma nyatanya turut menyita perhatian dunia internasional. Sekjen PBB kala itu, Boutros Boutros Ghali dan Paus Johanes Paulus II turut andil dalam upaya membujuk para pemberontak OPM untuk membebaskan para sandera.

Selama 129 hari, berbagai upaya mediasi dilakukan untuk menyelamatkan 26 orang yang sebagian besar peneliti dan tergabung dalam Ekspedisi Lorentz ’95.
Operasi Mapenduma membebaskan peneliti di Papua. (Foto: Okezone/Garuda Militer/Ist).
Penyanderaan berakhir ketika Kopassus menyergap gerombolan pelaku yang membawa lari para sandera ke belantara hutan Papua. Kopassus di bawah komando Prabowo Subianto berperan besar dalam pembebasan tersebut.
“Selain Kopassus, operasi tersebut melibatkan setidaknya 400 personel gabungan TNI dari berbagai kesatuan. Sebanyak dua orang dari 26 sandera tewas dalam penyergapan,” kata perwira TNI, dikutip dari Okezone.com.