Mengapa DKI Jakarta Terapkan PSBB Lagi ?

Sekolahnews.com – Mulai tanggal 14 September 2020 DKI Jakarta akan kembali menerapkan PSBB total sampai jangka waktu yang belum ditentukan. Hal ini dikatakan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dalam konfrensi pers di Jakarta tanggal 9/9/2020 lalu.
Ada beberapa alasan yang melatarbelakangi mengapa akhirnya DKI Jakarta kembali PSBB.
1. Kasus positif Covid-19 yang terus meningkat
Tren kasus aktif yaitu orang positif COVID-19 yang masih menjalani masa isolasi dan perawatan di DKI kembali meningkat. Pasalnya, kasus aktif ini menjadi penting terkait dengan fasilitas kesehatan di Jakarta.
Berikut datanya:
31
Maret; 608
30 April: 3.345
31 Mei: 4.650
30 Juni: 4.123
31 Juli: 7.157
31 Agustus: 8.659
9 September: 11.245
2. Ketersediaan ruang isolasi di rumah sakit untuk pasien Covid-19 yang terbatas
Anies menjelaskan, saat ini di Ibu Kota ada 4.053 tempat tidur isolasi di 63 rumah sakit rujukan dan sudah terpakai sebanyak 77 persen. Berdasarkan kalkulasi Pemprov, kata Anies, jika tidak ada pembatasan secara ketat dan kondisi saat ini terus berlangsung, seluruh tempat tidur isolasi akan terisi penuh pada 17 September 2020.
Meski begitu, Anies mengatakan pihaknya terus berupaya untuk menambah kapasitas tempat tidur isolasi dengan melibatkan sejumlah rumah sakit swasta. Ia mengatakan pada 6 Oktober mendatang diperkirakan kapasitas tempat tidur isolasi akan meningkat menjadi 4.807. Namun, jika tidak ada pembatasan, jumlah tempat tidur yang sudah ditambah itu akan penuh pada pekan kedua Oktober.
Selanjutnya adalah kapasitas tempat tidur ICU untuk merawat pasien dengan gejala berat. Saat ini DKI Jakarta memiliki 528 tempat tidur ICU yang sudah terpakai 83 persen. “Bila trennya akan naik terus maka 15 September 2020 akan penuh. Kami tingkatkan jadi 636 dan itu pun akan mulai penuh di tanggal 25 September2020,” tutur Anies.
3. Pemakaman harian dengan protap COVID-19 meningkat
Anies mengungkapkan, data pemakaman dengan protokol COVID-19 terus meningkat, tertinggi di awal September 2020. Artinya, banyak kasus probable COVID-19 meninggal dengan menggunakan pemakaman COVID-19.
Perlu diketahui, kasus probable merupakan kasus suspek dengan ISPA berat/ARDS (sindrom pernapasan akut) meninggal dengan gambaran klinis yang meyakinkan COVID-19, namun belum ada hasil pemeriksaan laboratorium RT-PCR.
Lebih dari sekadar data-data, terutama yang memprihatinkan tentu saja perilaku warga (masyarakatnya) yang tidak disiplin memakai masker, mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir dan menjaga jarak 1-2 meter. Tiga hal ini memang kondisinya memprihatinkan, terbukti kasusnya terus saja naik.