Apa itu Pandemi Fatigue?

Sekolahnews.com – Pandemi Covid-19 yang sudah berlangsung selama delapan bulan terakhir ini membuat kita stuck. Di rumah terus bosan, sedangkan keluar pun tak bisa kemana-mana. Salah satu kebiasaan yang muncul adalah dari pagi sampai siang di rumah dan malam hari keluar mencari hiburan atau sekedar nongkrong dan kongkow.

Ketatnya gencaran protokol kesehatan yang sudah berjalan selama 10 bulan ini tak hanya membuat Indrie dan sebagian masyarakat jenuh. Mereka sudah terkena gejala Pandemic Fatigue.

Ketua Prodi Spesialis Kedokteran Jiwa, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) Natalia Widiasih Raharjanti mengatakan, pandemic fatigue adalah suatu respons yang sangat normal dan natural, serta bisa terjadi pada siapa saja. Menurut Natalia, pandemi yang telah berlangsung selama 10 bulan di Indonesia menjadi salah satu faktor pendorong munculnya pandemic fatigue.

Dengan pandemi yang telah berlangsung begitu lama, menurut Natalia wajar jika kemudian sesorang mulai merasakan burnout, terlebih banyak aktivitas yang sebelumnya bisa dilakukan secara normal kini harus dibatasi.

Burnout adalah kondisi kelelahan mental dan fisik, yang dialami oleh seseorang karena adanya stres yang berkepanjangan.

“Kerjaan juga di rumah. Meskipun di rumah, tetep kerja juga, dari pagi sampai malem,” kata Natalia, dikutip dari video YouTube BNPB, Minggu (10/1/2021). “Belum lagi kalau rumahnya kecil, terus mesti WFH semua. Berbagi space, itu pun bisa bikin bertengkar,” imbuhnya.

Pengertian Pandemic Fatigue dikutip dari Klik Dokter. Hal ini banyak menjadi alasan lalainya orang untuk mematuhi protokol kesehatan.

Pandemic Fatigue bisa dikatakan normal, tetapi justru ini bisa berubah menjadi bahaya dan fatal. Tingkat penyebaran virus ini belum menurun, mengakibatkan jumlah kasus terus bertambah setiap harinya. Termasuk korban jiwa dari yang dikarenakan virus corona ini.

Hal tersebut disebabkan manusia yang memang terlahir sebagai makhluk sosial, harus berinteraksi demi kelangsungan hidupnya. Namun, jika melihat pertambahan kasus 14.224 Covid-19 di Indonesia pada 16 Januari 2021 lalu dengan total kasus 896.642, sangat mengkhawatirkan.

Menurut WDG Public Health, kelelahan karena pandemi memungkinkan banyak terjadi pada remaja dan dewasa muda yang dalam proses pertumbuhan dan emosional yang masih berubah-ubah. Kelelahan itu seringkali muncul dengan ciri perasaan gelisah, mudah tersinggung, kurang motivasi, dan kesulitan berkonsentrasi.

Pandemi Fatigue bisa terjadi kepaada siapapun. Apalagi melihat masa pandemi bukan sebulan dua bulan, namun sudah berlangsung selama 10 bulan di Indonesia,” ujar dr Natalia Widiasih selaku Kepala Divisi Psikiatri Forensik.

Natalia dalam talkshownya bersama Satuan Tugas (Satgas) penanganan Covid-19 yang digelar oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Senin (11/1)  menuturkan kembali, Pandemi Fatigue dapat dipengaruhi dari cara sesorang dalam penyesuaian ketika terjadi situasi bencana, seperti yang dialami sekarang situasi pandemi Covid-19.

Pandangan seorang terhadap situasi yang sedang ia hadapi dapat memengaruhi kondisi orang tersebut baik secara mental maupun fisik. Dari pandangannya dalam suatu masalah, menyebabkan banyak orang yang mengalami Pandemi Fatigue atau keletihan secara mental.

Sisi lain akibat dari kehilangan pekerjaan, atau susahnya mencari penghasilan disaat pandemi ini juga menjadi penyebab menurunkan kapasitas mental seseorang. Hal lainnya, tenaga kesehatan terus memperingatkan senantiasa bersabar dan menyatakan bahwa kita tidak bisa ‘lengah’ dan menolak hidup karena dapat mengancam kesehatan kita sendiri.

Nah, dr Natalia Widiasih memberikan tips untuk mengatasi gejala Pandemi Fatigue.

  1. Mengingatkan diri sendiri bahwa kita sedang menghadapi situasi yang tidak bisa dikontrol. Hanya dengan mengontrol diri sendiri dengan senantiasa memakai masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak dalam kerumunan.
  2. Memahami kondisi diri. Pahami jika diri apa yang sedang dibutuhkan serta yang bisa mengobati kejenuhan dalam pandemi ini.
  3. Menjalin hubungan secara online dengan kerabat ataupun seseorang ketika sedang jauh. Yang terpenting, komunikasi tidak lepas.
  4. Membagi cerita dengan orang-orang terdekat di dalam rumah. Saling menguatkan untuk tetap tegar menghadapi situasi ini.
  5. Menambah pengetahuan dengan membaca informasi terbaru terkait situasi sekarang, seberapa gentingnya situasi ini, dan orang-orang yang sama sedang berjuang agar pandemi ini segera membaik.