Geevv, Mesin Pencari Asli Indonesia Bisa Gantikan Google

Sekolahnews.com – Seorang mahasiswi yang berkuliah di Universitas Indonesia (UI) bernama Azka Silmi kembangkan teknologi mesin pencari yang serupa Google, yaitu Geevv.com.

Bermodalkan beberapa seminar startup yang ia ikuti, Azka melihat potensi yang sangat besar dari teknologi bernama mesin pencari. Ia menganggap potensi itu dapat dikembangkan sedemikian luas.

“Kegiatan browsing sudah jadi keseharian. Bahkan bisa dibilang sudah jadi bagian dari gaya hidup. Terlebih di Indonesia sendiri,” ujar Azka kepada CNNIndonesia.com.

Menggandeng seorang rekan, akhirnya lahir sebuah gagasan untuk menciptakan mesin pencari bernama Geevv pada Agustus 2016. Hanya berselang sekitar sebulan tepatnya pada 26 September, Geevv beroperasi pertama kalinya.

Geevv memiliki cara kerja yang tidak jauh berbeda seperti yang orang lihat dari Google. Namun secara prinsip, Geevv merupakan social search engine yang dapat menghasilkan kegiatan donasi di sela-sela kehidupan masyarakat.

Dengan kata lain, operasional Geevv memiliki keuntungan yang akan disalurkan ke sejumlah program sosial seputar kesehatan, pendidikan dan kemiskinan.

Setiap satu pencarian yang dilakukan melalui situs Geevv.com, pengguna dapat menghasilkan RP10 pada saldo donasi mereka. Amka tersebut akan terus berlipat seiring jumlah pencarian yang dibuat. Sederhananya, makin sering digunakan, berlipat pula donasi yang dihasilkan.

Uang donasi yang yang dihasilkan pengguna dapat terlihat langsung di pojok kanan atas situs pencarian.

Uang donasi tersebut berasal dari pendapatan iklan yang masuk. Setelah mengambil 20 persen untuk profit perusahaan, 80 persen dari sisa pendapatan ditujukan untuk donasi.

“Cara penghitungannya adalah jumlah rata-rata iklan yang muncul dibagi banyaknya hasil pencarian,” terang Azka.

Meski porsi keuntungan yang dialokasikan untuk donasi sangat besar, Geevv juga diakui sebagai entitas bisnis yang mengincar provit. Ia tidak menampih bahwa tujuan dari mendirikan mesin pencari itu untuk mendulang keuntungan.

“Jumlah donasi yang tersalurkan itu sudah dikurangi dari biaya operasional dan lainnya. Jadi kita sebenarnya profit kok,” ujarnya.

Kini Azka dan rekannya tengah mengembangkan upaya monetisasi dan menambah trafik pengguna di mesin pencari ciptaannya. Dengan cara demikian, Geevv akan mendapatkan penghasilan tambahan tanpa mengutak-atik sistem donasi yang sudah berjalan.

Geevv mendapatkan sokongan dana dari perusahaan family office investment asal Indonesia yang bernama RnB Fund. Namun hingga kini ia belum mau menyebut total angka investasinya.

Di Indonesia, pengguna mesin pencari seperti Google terbilang fantastis. Berdasarkan survei Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) per Oktober 2016, ada 81,8 juta pengguna internet Indonesia memakai Google Chrome sebagai browser utama.

Nilai tersebut jauh melebihi setengah dari 132,7 juta pengguna internet di RI. Produk lain dari Google juga mengantongi perolehan pengguna yang sama besar di Indonesia, seperti Chrome dan Gmail.

Angka fantastis ini jauh meninggalkan pesaingnnya seperti Yahoo yang digunakan hanya sekitar 43,6 juta orang.

Belakangan, Google berencana menutup operasi mesin pencariannya di Australia. Kebijakan itu akan dilakukan jika pemerintah Australia mengesahkan peraturan yang mewajibkan perusahaan teknologi digital seperti Google membayar sejumlah uang kepada perusahaan media. (cnnindonesia.com).