Jakob Oetama, Guru dan Tokoh Pers Indonesia Meninggal Dunia

Sekolahnews.com – Jakob Oetama merupakan jurnalis senior Indonesia yang dikenal sebagai pendiri dan pemilik Kompas Gramedia Group, meninggal dunia hari ini, Rabu (9/9), pada usia 88 tahun.

Pendiri Kompas Gramedia meninggal dunia di RS Mitra Kelapa Gading, setelah menjalani perawatan sejak 22 Agustus lalu.

Seperti disiarkan oleh Kompas TV, saat ini jenazah Jakob Oetama masih berada di Rumah Sakit Mitra Keluarga, Kelapa Gading, Jakarta Utara

Jacob lahir di Desa Jowahan, Magelang, Jawa Tengah, 27 September 1931. Nama aslinya Jakobus Oetama. Ia putra pertama dari 13 bersaudara pasangan Raymundus Josef Sandiyo Brotosoesiswo dan Margaretha Kartonah.

Baca juga: Ir. Ciputra, Pendiri Ciputra Group Meninggal Dunia

Sebelum terjun ke dunia jurnalistik, Jakob dikenal sebagai seorang guru, meneruskan profesi sang ayah. Mula-mula, ia ingin menjadi seorang pastor di Gereja Katolik. Ia pun menempuh pendidikan di seminari, tempat pendidikan calon pastor. Jalan panggilannya kandas kala menempuh pendidikan di seminari tinggi. Ia ingin melanjutkan jejak sang ayah, menjadi guru.

Perkenalannya dengan dunia jurnalistik adalah saat Jakob bersua Pastor J.W. Oudejans OFM, pemimpin umum di mingguan Penabur. Pastor Oudejans memberi nasihat, “Jakob, guru sudah banyak, wartawan tidak.” Nasihat itu mengubah seluruh hidup Jakob.

Pun pertemuannya dengan Petrus Kanisius (PK) Ojong pada 1958 dalam sebuah kegiatan jurnalistik, mendorong Jakob mendirikan Majalah Intisari. Kala itu, Ojong sudah aktif di dunia jurnalistik, sebagai pimpinan harian Keng Po dan mingguan Star Weekly.

Tetapi, pada 1958, Keng Po dibredel pemerintah. Hal yang sama dialami Star Weekly pada 1961. Keduanya tak disukai pemerintah, lantaran terlalu kritis.

Pada 1963, Majalah Intisari resmi berdiri. Setelah Intisari berdiri, Menteri Perkebunan saat itu, Frans Seda dari Partai Katolik, meminta Ojong dan Jakob mendirikan surat kabar Partai Katolik. Maka, muncullah surat kabar harian Kompas.

Kehadiran Kompas membawa pengaruh besar dalam dunia jurnalistik di Indonesia. Tahun 80-an Kompas Gramedia Group mulai berkembang pesat, terutama dalam bidang komunikasi. Kini, Kompas Gramedia Group memiliki beberapa anak perusahaan yang bervariatif dari media massa, toko buku, percetakan, radio, hotel, lembaga pendidikan, event organizer, stasiun TV hingga universitas.

Setelah sukses dengan Kompas, Jakob merasa perlu membuat media Indonesia yang berbahasa Inggris. Ia bersama beberapa rekannya akhirnya mendirikan The Jakarta Post yang pertama kali terbit pada 25 April 1983.

Selain di media, Jakob juga aktif dalam beberapa organisasi pers. Ia tercatat pernah menjabat sebagai pembina pengurus pusat Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) dan penasihat Konfedereasi Wartawan ASEAN.

Baca juga: Seniman Senior Djaduk Ferianto Meninggal Dunia

Berkat pengabdiannya, Jakob mendapatkan sejumlah penghargaan, termasuk gelar Doktor Honoris Causa di bidang komunikasi dari Universitas Gajah Mada dan Bintang Mahaputra Utama dari pemerintah Indonesia pada 1973.

Berkat jasanya dalam pengembangan dunia jurnalistik, pada 2003, Jakob meraih gelar Doktor Honoris Causa (HC) dari Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Ia juga mendapatkan gelar yang sam dari beberapa universitas di Indonesia.

Kini, guru yang menjadi tokoh pers Indonesia itu telah berpulang. Rencana, pemakamannya akan digelar Kamis, 10 September 2020 di Taman Makam Pahlawan Kalibata.