Kasus Hacker Bjorka, Pakar Unair: Data Bocor Timbul Kerugian Besar

Sekolahnews.com – Baru-baru ini Indonesia dihadapkan pada serangan hacker Bjorka yang mengaku telah membocorkan miliaran data penduduk.

Tak main-main, hacker Bjorka telah membocorkan data para pejabat tinggi pemerintahan dan mengumbarnya di media sosial (medsos).

Merespons hal tersebut, Dosen Komunikasi Unair Dr. Suko Widodo mengatakan, terjadinya kebocoran data dapat menimbulkan risiko kerugian bagi siapa saja. Salah satu risiko kebocoran data ialah penyalahgunaan untuk transaksi ilegal, seperti pinjaman online ilegal tanpa sepengetahuan pribadi.

Tak hanya itu, kata dia, kebocoran data juga dapat disalahgunakan untuk motif-motif khusus. Dia menyebut, data pribadi yang tersebar luas bisa saja disalahgunakan untuk kepentingan pribadi, seperti kepentingan politik, ekonomi, dan lain-lain.

“Seperti kasus Trump itu, direkayasa sosial dengan motivasi macam-macam, seperti ekonomi, gagah-gagahan, bahkan politik, dan macem-macem kan,” ucap dia dalam keterangannya, Kamis.

Mengatasi konflik kebocoran data memang tidak mudah. Akan tetapi, bukan pula suatu hal yang mustahil dilakukan. Dia memaparkan upaya mitigasi yang harus dilakukan guna mengatasi masalah kebocoran data, seperti halnya yang dilakukan hacker Bjorka. Bagi pemerintah, sebut dia, perlu meningkatkan sosialisasi tentang pentingnya keamanan data masyarakat.

Pemerintah, lanjut dia, perlu memberikan peringatan pada masyarakat bahwa data itu penting dan dapat menimbulkan kerugian jika tersebar luas. Selain itu, pemerintah juga perlu meningkatkan literasi digital masyarakat lantaran tingkat literasi digital masyarakat Indonesia masih minim.

Suko berpesan dengan tegas, masyarakat harus memiliki kesadaran untuk menentukan apa saja yang boleh dan tidak boleh untuk diunggah di internet. Sebab, salah satu kunci keamanan data adalah kesadaran diri sendiri, agar tidak terjadi lagi pengumbaran data seperti yang dilakukan hacker Bjorka.

Jadi, kita harus hati-hati. Karena ternyata yang maya bisa jadi nyata, yang nyata bisa jadi maya. Pesan saya, ketahuilah apa yang kamu upload atau sampaikan di internet. Dan yang paling penting, ketahui juga apa-apa yang tidak boleh disampaikan di media sosial (medsos),” tukas dia.(kompas.com).