Kisah Anak Sopir Tambang Batu Bara Sukses Jadi Dokter

Sekolahnews.com – Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga (FK Unair) Oktara Geovanny Saroza dilantik sebagai dokter Ksatria Airlangga di Pelantikan Dokter Periode 1 Tahun 2022. Oktara merupakan penerima beasiswa Bidikmisi, yang diberikan pemerintah untuk siswa berprestasi dengan keterbatasan ekonomi.
“Saya sangat bersyukur kepada pemerintah yang telah membiayai saya selama kuliah. Bahkan dari SMP dan SMA, sekolah saya dibiayai negara,” kata Oktara di laman resmi kampusnya, Kamis (27/1/2022).

Oktara merupakan anak yang lahir dari keluarga sederhana. Ayahnya berprofesi sebagai sopir pengangkut hasil tambang batu bara di Kalimantan, sementara sang ibu adalah ibu rumah tangga. Anak sulung dari 5 bersaudara ini sudah bercita-cita menjadi dokter sejak kecil.

Dokter di mata Oktara kecil merupakan profesi yang mulia dan keren. Kian dewasa, ia kian sadar Kalimantan masih kekurangan dokter. Karena itu, ia membulatkan tekad dan gigih mengusahakan cita-citanya. Berikut perjalanan Oktara hingga berhasil dilantik sebagai dokter.

Kisah anak supir tambang penerima beasiswa Bidikmisi jadi dokter
A. Menjaga prestasi akademik
Oktara menuturkan, ia menjaga nilai-nilainya tetap bagus sejak SD hingga SMA. Ia juga mengikuti berbagai kompetisi akademik dan sempat mengantongi medali perunggu dalam kompetisi sains nasional. Dengan nilai rapor, ia masuk FK Unair lewat jalur SNMPTN.

B. Sempat jadi guru les dan staf EO
Ia menuturkan, kendati Bidikmisi mencakup biaya hidup sehari-hari, masih ada keperluan kuliah yang tidak termasuk dalam beasiswa. Untuk mencukupi kebutuhan di kampus, Oktara menjalani berbagai pekerjaan, mulai dari mengajar sebagai guru les hingga menjadi staf event organizer (EO). Dari situ, biaya hidupnya tersokong.

Untuk menghemat uang saku, Oktara menuturkan, ia sempat tinggal di asrama gratis milik komunitas mahasiswa Bontang, Kalimantan.

“Kalau diceritakan, sebenarnya banyak struggle yang saya alami selama menjalani pendidikan. Namun, saya bersyukur punya dukungan dari teman dan senior yang sering membantu saya, baik meminjamkan buku-buku dan lainnya,” tuturnya.

C. Dukungan orang tua
Oktara mengaku sempat gentar untuk melanjutkan kuliah kedokteran dengan latar belakang ekonomi keluarganya, mengingat biaya kuliah di fakultas kedokteran tidak murah. Kendati demikian, Oktara memutuskan lanjut kuliah di bidang yang diminati karena dukungan penuh orang tua.

Ia menuturkan, meskipun terbatas dana, orang tuanya sama sekali tak melarang. Sebaliknya, sang ayah dan ibu memberikan doa dan mendorongnya agar terus berprestasi sehingga mudah mendapatkan beasiswa.

D. Ingin jadi inspirasi adik-adiknya
Selanjutnya, dokter kelahiran 1997 ini berencana untuk mencari beasiswa lagi untuk melanjutkan sekolah. Harapannya, kelak dapat jadi peneliti di bidang kesehatan atau bekerja di birokrasi kesehatan.

“Apa yang saya lakukan ini, selain untuk masa depan saya sendiri, juga untuk memotivasi adik-adik saya. Bahwa meski kami dari keluarga sederhana, kalau kita berusaha dan mengambil semua kesempatan yang ada, kita pasti bisa,” kata Oktara.

E. Ekonomi bukan halangan
Ia berharap, calon mahasiswa dengan latar belakang ekonomi sepertinya tidak takut bermimpi menjadi dokter. Sebab, ada banyak beasiswa yang menawarkan kuliah gratis, uang saku, dan pendidikan kepemimpinan baik dari pemerintah seperti Bidikmisi maupun dari swasta.

“Ekonomi bukan penghalang. Yang penting semangat untuk belajar dan berdoa, Insya Allah ada jalan,” katanya memberi semangat.

Ibu Oktara, Rini Kuswanti, mengaku tidak menyangka cita-cita sang anak dari kecil dapat terwujud di tengah berbagai keterbatasan.

“Saya bangga sekali, sampai tidak bisa berkata-kata,” tuturnya.(detik.com).