Kota Bireuen Aceh Pernah Jadi Ibu Kota Indonesia?

Sekolahnews.com — Sebelumnya, buku sejarah mencatat, Yogyakarta dan Bukittinggi pernah menjadi ibu kota RI. Keduanya menjadi ibu kota saat negara dalam kondisi darurat dan di tengah ancaman kekuasaan kolonial.

Namun, tidak hanya dua kota itu, Kota Bireuen di Aceh dikabarkan juga pernah menjadi ibu kota Indonesia selama sepekan. Kota ini memang tak tercatat di buku sejarah sebagai ibu kota RI. Namun, santer disebutkan bahwa Bireuen pernah menjadi ibu kota ketiga RI setelah Yogyakarta dan Bukittinggi.

Wakil Presiden Jusuf Kalla pernah menyampaikan kalau Bireuen memang pernah menjadi ibu kota RI.

Baca juga: 8 Negara yang Pertama kali Mengakui Kemerdekaan Indonesia

“Kemerdekaan Republik Indonesia merupakan hasil perjuangan dari seluruh bangsa Indonesia. Aceh memiliki peran penting dalam sejarah perjuangan Indonesia,” ujar JK saat pidato penganugerahan gelar Doktor Honoris Causa di Gedung AAC Dayan Dawood Unsyiah, Darussalam, Banda Aceh, Sabtu 14 November 2015.

Menurut JK, Bireuen pernah menjadi ibu kota RI, ketika jatuhnya Yogyakarta pada 1948. Presiden Sukarno hijrah dari ibu kota kedua RI, yakni Yogyakarta ke Bireuen pada 18 Juni 1948.

“Bahkan Bireuen pernah menjadi Ibu Kota RI ketiga, ketika jatuhnya Yogyakarta tahun 1948. Presiden Sukarno hijrah dari Ibu Kota RI kedua, yakni Yogyakarta ke Bireuen pada 18 Juni 1948. Selama seminggu Bireuen menjadi tempat untuk mengendalikan Republik Indonesia yang saat itu dalam keadaan darurat,” kata JK dalam pidatonya yang berjudul “Perdamaian dan Pembangunan Nasional”.

Presiden Sukarno berangkat ke Bireuen dengan menumpang pesawat Dakota dipiloti Teuku Iskandar dan mendarat dengan mulus di lapangan terbang sipil Cot Gapu. pada 16 Juni 1948. Kedatangan rombongan disambut Gubernur Militer Aceh Tengku Daud Beureu’eh atau yang akrab disapa Abu Daud Beureueh serta alim ulama dan tokoh masyarakat.

Selama sepekan kemudian, Presiden Sukarno menjalankan roda pemerintahan dari Bireuen. Dia menginap dan mengendalikan pemerintahan RI di kediaman Kolonel Hussein Joesoef, Panglima Divisi X Komandemen Sumatera, Langkat dan Tanah Karo, di Kantor Divisi X (Pendopo Bupati Bireuen sekarang).

Pemilihan Bireuen sebagai tempat pemerintahan sementara bukan hanya karena daerah ini termasuk paling aman, tetapi juga karena Bireuen merupakan pusat kemiliteran Aceh. Letaknya juga sangat strategis dalam mengatur strategi militer untuk memblokade serangan Belanda di Medan Area yang telah menguasai Sumatera Timur.

Baca juga: Sebelum Jadi NKRI, Indonesia Punya 7 Negara Bagian, 7 Presiden, dan 7 Bendera

Ibu kota RI, kembali ke Yogyakarta pada 6 Juli 1949. Dan pada 10 Juli 1949 Syafruddin dan Panglima Besar Sudirman akhirnya memasuki Yogyakarta. Sjafruddin akhirnya menyerahkan mandat PDRI ke pemerintahan Soekarno-Hatta.

Sekitar satu tahun kemudian, atau pada 17 Agustus 1950, setelah Republik Indonesia Serikat (RIS) membubarkan diri dan kembali ke bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Hal ini menjadikan Jakarta kembali sebagai ibu kota RI.