Ragam Aksara di Indonesia

Sekolahnews.com – Aksara atau skrip adalah suatu sistem simbol visual yang tertera pada kertas maupun media lainnya (batu, kayu, kain, dll) untuk mengungkapkan unsur-unsur yang ekspresif dalam suatu bahasa. Istilah lain untuk menyebut aksara adalah sistem tulisan. 

Komunikasi melalui tulisan yang dilakukan di Indonesia rata-rata menggunakan tulisan latin. Padahal, di zaman dulu, masyarakat Nusantara menggunakan beberapa bahasa dan tulisan atau yang dulu disebut aksara untuk berkomunikasi.

Tiap daerah di Nusantara punya aksara yang berbeda dari tempat lainnya. Beberapa di antaranya masih kita kenal hingga kini. Seperti aksara Jawa dan aksara Sasak.

Beberapa lagi kita kenal melalui prasasti yang dibahas dalam pelajaran sejarah di bangku-bangku sekolah.

Baca juga: Indonesia Memiliki 710 Bahasa Etnis

Mengutip Good News From Indonesia, bukti tertua mengenai keberadaan Aksara Nusantara yaitu berupa tujuh buah yupa (tiang batu untuk menambatkan tali pengikat sapi) yang bertuliskan prasasti mengenai upacara waprakeswara yang diadakan oleh Mulawarmman, Raja Kutai di daerah Kalimantan Timur.

Tulisan pada yupa-yupa tersebut menggunakan Aksara Pallawa dan Bahasa Sanskerta. Berdasarkan tinjauan pada bentuk huruf Aksara Pallawa pada yupa, para ahli menyimpulkan bahwa yupa-yupa tersebut dibuat pada sekitar abad ke-4.

Setelah berabad-abad berlalu, Indonesia memiliki ratusan bahasa dan aksara yang tersebar dari Sabang sampai Merauke. Berikut ini adalah ragam Aksara Nusantara dari ratusan aksara Nusantara yang masih dapat digunakan di sejumlah daerah.

1. Aksara Pallawa

Aksara ini kerap disebut sebagai akar dari aksara aksara yang berkembang di Indonesia. Karena aksara pallawa berperan besar dalam perkembangan aksara di Indonesia lantaran banyak prasasti yang ditemukan dan menggunakan aksara pallawa.

2. Aksara Ka-Ga-Nga

Aksara ini kerap ditemukan pada naskah kuno di daerah Bengkulu. Belum ditemukan fakta sejak kapan aksara ini dikenal masyarakat Bengkulu.

Namun suku Renjang lah yang terlebih dahulu menggunakannya dalam tradisi tulis sejak pemerintahan Ajai di daerah Renjang Lebong. Naskah dan Aksara Ka-Ga-Nga sudah ditetapkan sebagai warisan budaya Takbenda Indonesia pada 2013.

3. Aksara Lontara

Lontara adalah aksara tradisional masyarakat Bugis-Makassar. Lontara adalah perkembangan dari tulisan Kawi yang digunakan di kepulauan Nusantara sekitar tahun 800-an.

Namun, tidak diketahui apakah Lontara merupakan turunan langsung dari Kawi atau dari kerabat Kawi lain karena kurangnya bukti. Terdapat teori yang menyatakan bahwa tulisan Lontara didasarkan pada tulisan Rejang, Sumatra Selatan, karena adanya kesamaan grafis di antara dua tulisan tersebut.

Namun, hal ini tidak berdasar karena beberapa huruf Lontara merupakan perkembangan yang berumur lebih muda.

4. Aksara Hangeul

Aksara ini mirip dengan Bahasa Korea. Aksara ini ditemukan di Pulau Buton, Sulawesi Tenggara. Masyarakat suku Cia-Cia, penduduk asli Pulau Buton diperkenalkan aksara Hangeul sejak tahun 2009.

Baca juga: Bahasa Indonesia Masuk Ekstra Kurikuler Sekolah di Ottawa

Aksara ini juga digunakan untuk petunjuk tempat- tempat umum bahkan masuk di mata pelajaran muatan lokal.

5. Aksara Jawa/Sunda

Tulisan Jawa dan Bali adalah perkembangan modern aksara Kawi, salah satu turunan aksara Brahmi yang berkembang di Jawa.

Pada masa periode Hindu-Buddha, aksara tersebut digunakan dalam literatur keagamaan dan terjemahan Sanskerta yang ditulis di atas daun lontar. Selama periode Hindu Buddha, bentuk aksara Kawi berangsur-angsur menjadi lebih Jawa, namun dengan ejaan yang tetap.

Aksara Jawa, yang dikenal juga sebagai Hanacaraka dan Carakan , adalah aksara tradisional Nusantara yang digunakan untuk menulis bahasa Jawa dan sejumlah bahasa daerah Indonesia lainnya, seperti bahasa Sunda dan bahasa Sasak.

6. Aksara Bali

Aksara Bali adalah salah satu aksara tradisional Nusantara yang berkembang di Bali, Indonesia. Aksara ini umum digunakan untuk menulis bahasa Bali dan Sanskerta.

Dengan sedikit perubahan, aksara ini juga digunakan untuk menulis bahasa Sasak yang digunakan di Lombok. Aksara ini berkerabat dekat dengan dengan aksara Jawa.

Saat ini, aksara Bali masih diajarkan di sekolah sekolah Bali sebagai muatan lokal, namun penggunaannya terbatas pada lingkup yang sempit.

Baca juga: Ayo Gunakan Bahasa Ibu di Lingkungan Kita

Aksara Bali memiliki 47 huruf. Aksara Bali juga dapat digunakan untuk menulis Sanskerta dan Kawi, namun tetap dibaca dengan ejaan Bali.

7. Aksara Batak

Aksara Batak atau yang dikenal dengan nama Surat Batak adalah aksara yang digunakan untuk menuliskan bahasa-bahasa Batak, yaitu bahasa Angkola-Mandailing, Karo, Pakpak-Dairi, Simalungun, dan Toba.

Aksara ini memiliki beberapa varian bentuk, tergantung bahasa dan wilayah. Secara garis besar, ada lima varian Surat Batak di Sumatra, yaitu Angkola-Mandailing, Karo, Pakpak-Dairi, Simalungun, dan Toba.

Aksara ini wajib diketahui oleh para datu, yaitu orang yang dihormati oleh masyarakat Batak karena menguasai ilmu sihir, ramal, dan penanggalan. Kini, Surat Batak masih dapat ditemui dalam berbagai pustaha, yaitu kitab tradisional masyarakat Batak.