Seberapa Lama Bintang di Alam Semesta Bisa Bersinar?
Sekolahnews – Di alam semesta yang luas, keberadaan bintang tidak terbatas pada Matahari saja. Menariknya, bintang-bintang tersebut memiliki siklus hidup yang menarik, dan pertanyaan mendasar kemudian muncul: Berapa lama sebenarnya bintang-bintang ini dapat bersinar?
Sebagian besar bintang menjalani hidup mereka dalam keadaan seimbang yang dikenal sebagai kesetimbangan hidrostatik, di mana gravitasi yang menarik bintang diimbangi oleh dorongan keluar dari reaksi nuklir di inti bintang. Seiring waktu, ketika hidrogen di inti bintang habis, bintang akan menuju kehancurannya. Proses ini melibatkan pembakaran helium, dan bintang-bintang terbesar dapat terus membakar unsur-unsur kimia hingga menjadi besi dalam waktu singkat.
Namun, pertanyaan kunci muncul, bintang mana yang akan mati terlebih dahulu? Menurut fisikawan Ryan French dari University College London, bintang yang lebih besar menghabiskan bahan bakar lebih cepat daripada yang lebih kecil karena memiliki lebih banyak materi untuk dibakar. Dengan kata lain, bintang-bintang besar hidup dengan cepat dan mati muda, sementara bintang-bintang kecil bisa bertahan ratusan miliar tahun.
Salah satu contoh bintang tertua yang ditemukan adalah Bintang Metuselah, yang diyakini berusia 13,7 miliar tahun. Namun, alam semesta baru terbentuk 13,8 miliar tahun yang lalu, sehingga bintang kecil tidak memiliki cukup waktu untuk mencapai usia tua.
Astronom juga telah menemukan protobintang yang masih dalam proses pembentukan, dengan usia kurang dari 500.000 tahun. Bagaimana mereka mengetahui usia bintang? French menjelaskan bahwa astronom menggunakan pengukuran massa, kecerahan, dan kecepatan bintang di ruang angkasa, ditambah dengan simulasi komputer untuk memperkirakan usia bintang tersebut.
Matahari sendiri, dengan usia sekitar 4,6 miliar tahun, berada di antara protobintang dan Bintang Metuselah. French memperkirakan bahwa dalam 5 miliar tahun, Matahari akan berhenti menggabungkan hidrogen menjadi helium di intinya. Proses ini akan mengakibatkan kontraksi Matahari, dan setelah sekitar 1 miliar tahun, Matahari akan berubah menjadi katai putih dengan inti karbon dan oksigen.
Meski bintang hidup lebih lama daripada manusia, tidak ada yang dapat bertahan selamanya. Mereka adalah pencerminan dari ketidakabadian di alam semesta yang terus berubah.