Sejarah Imam Bonjol, Turunan Pengawal Setia Menjaga

Sekolahnews.com: Makam Tuanku Imam Bonjol menjadi destinasi wisata sejarah yang tidak boleh dilewatkan ketika berkunjung ke Minahasa, Sulawesi Utara. Terletak di Desa Lotta, Kecamatan Pineleng, Pahlawan Nasional Tuanku Imam Bonjol dikebumikan.
Imam Bonjol diasingkan oleh pemerintah kolonial Belanda ke Sulawesi Utara pada pertengahan 1837. Hingga pada 6 November 1864, Imam Bonjol wafat di pengasingan di tanah Minahasa.
Berdasarkan penelusuran Tim Ekspedisi Nataru RRI, makam pahlawan nasional tersebut dijaga oleh keturunan pengawal setia Imam Bonjol. Penjaga itu bernama Nurdin Popa yang merupakan generasi kelima pengawal Imam Bonjol.
Nurdin Popa yang saat ini sudah berusia 64 tahun, mengaku bangga menjalankan profesi tersebut. Meski tidak ada menerima upah, tanggung jawab sebagai generasi penerus pengawal setia Imam Bonjol merupakan suatu kewajiban, karena titipan dari lelulur.
“Kondisi makam memang cukup menarik perhatian wisatawan dari beberapa wilayah di luar Sulawesi Utara. Bahkan, pengunjung mancanegara juga sering kali mampir untuk melihat tempat peristirahatan terakhir sang pahlawan,” kata Nurdin kepada Tim Ekspedisi Nataru RRI.
Nurdin menceritakan, untuk perawatan harian dibiayai dengan hasil dari kotak amal yang jumlahnya tak tentu. Ia berharap ada bantuan dari pimpinan daerah untuk merawat makam pahlawan nasional ini.
“Saya berharap pemerintah setempat memberikan bantuan, tapi sampai sekarang tidak terealisasi. Pemerintah Provinsi Sumatra Barat juga belum ada, yang mungkin dikarekanan salah komunikasi,” katanya.
Pada kesempatan yang sama, Tim Ekspedisi Nataru RRI juga berbicang dengan salah seorang pengunjung asal Jakarta, yakni Agus. Ia mengaku sudah dua kali datang ke lokasi makam pahlawan nasional Tuanku Imam Bonjol.
“Saya juga ingin merasakan bagaimana zaman dahulu Tuanku Imam Bonjol itu diasingkan. Menyempatkan shalat disana, bagaimana gemercik air disini yang membuat shalat semakin khusyuk,” kata Agus memaparkan.
Bangunan Makam Tuanku Imam Bonjol di Minahasa, Sulawesi Utara.
Makam Imam Bonjol dibangun dengan gaya arsitektur yang kental bernuansa Minang, pada atapnya yang berbentuk gonjong. Bangunan makam yang berada di tengah-tengah pemukiman warga ini juga mengandung nuansa Islam.
Terlihat dari adanya kaligrafi ayat alquran yang ada di bagian tengah makam. Di dalam makam yang berukuran sekitar 6×10 meter tersebut hanya terdapat makam Tuanku Imam Bonjol.
Pada nisan makam tertulis; Tuanku Imam Bonjol wafat dalam pengasingan pemerintah kolonial Belanda. Tak jauh dari lokasi makam, pengunjung bisa menyaksikan sebuah mushola yang pernah digunakan oleh Tuanku Imam Bonjol untuk beribadah.
Di dalam musala tersebut terdapat batu besar yang menghadap kiblat. Dari batu itulah Imam Bonjol menyepi dan mendekatkan diri kepada Tuhan dalam pengasingannya.(rri.co.id).