“Silek Minang” Perlu Dilestarikan

Sekolahnews.com – Silek atau silat sebagai salah satu produk Kebudayaan Minangkabau perlu mendapatkan perhatian serius agar nilai-nilai yang terkandung di dalamnya tidak punah dan hanya meninggalkan gerak langkah saja.

“Silek sekarang sudah diakui sebagai Warisan Budaya Dunia Tak Benda UNESCO. Sangat ironis bila di tempat asalnya silek menjadi punah,” kata Kepala Dinas Kebudayaan Sumbar, Gemala Ranti di Batusangkar, Senin.

Ia mengatakan berbagai upaya dilakukan untuk mencegah agar silek tidak menjadi asing di tempat asalnya sendiri, salah satunya dengan memberikan pembinaan kepada pegiat silat, praktisi dan pemerhati silek.

Baca juga: Silat Harimau, Menjaga Nilai Luhur

“Sebenarnya sejak 2018 kita punya program Silek Art Festival yang bertujuan untuk melestarikan nilai-nilai Silek. Namun, karena pandemi, kegiatan itu tidak digelar pada 2020,” katanya.

Program berbasis festival itu dinilai cukup efektif menjaring generasi muda yang diharapkan menjadi pewaris budaya Minangkabau. Karena itu pada 2021 diharapkan bisa digelar kembali.

Saat ini, pembinaan yang dilakukan dalam bentuk seminar, bimbingan teknis hingga inventarisasi sasaran silek untuk kepentingan pembinaan.
Kepala Bidang Diplomasi Seni dan Budaya Dinas Kebudayaan Sumbar, Ilfitra mengatakan pembinaan terhadap sasaran silek di Sumbar sejalan dengan Undang-Undang Nomor 5 tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan.

Selain pembinaan, Dinas Kebudayaan Sumbar menurutnya juga melakukan pendataan terhadap sasaran silek di provinsi itu. Data itu nantinya diharapkan bisa menjadi dasar untuk program pengembangan lainnya.

Baca juga: 9 Manfaat Belajar Bela Diri

Silek bagi anak Minang merupakan jati diri, yang melekat dalam keseharian mereka, terutama bagi kaum lelakinya. Tetapi bukan tabu bagi kaum perempuan, karena banyak perempuan Minang yang menguasai seni bela diri tersebut.

Dulu, seorang anak yang akan pergi merantau,terlebih dahulu mempelajari silek sampai matang. Hal itu dimaksudkan agar mereka bisa membela diri dari serangan para penyamun, atau melindungi kaum kerabatnya dari angkara murka.

Setiap nagari di Minangkabau memiliki tempat belajar silat atau dinamakan juga sasaran silek, dipimpin oleh guru yang dinamakan Tuo SilekTuo silek ini memiliki tangan kanan yang bertugas membantu beliau mengajari para pemula.

Orang yang mahir bermain silat dinamakan pandeka (pendekar). Gelar Pandeka pada zaman dahulunya dilewakan (dikukuhkan) secara adat oleh ninik mamak dari nagari yang bersangkutan. Namun pada zaman penjajahan, gelar itu dibekukan oleh pemerintah Belanda.

Baca juga: UNESCO Tetapkan Pencak Silat Sebagai Warisan Budaya Takbenda

Secara garis besar, Silek Minang memiliki beberapa aliran, seperti Silek Tuo (Silat Tua), Silek Sitaralak (Silat Sitaralak, Silek Lintau (Silat Lintau), Silek Luncua (Silat Luncur), Silek Kumango (Silat Kumango), Silek Harimau (Silat Harimau), Silek Pauah (Silat Pauh), Silek Gulo-Gulo Tareh (Silat Gulo-Gulo Tareh), Silek Ulu Ambek (Silat Ulu Ambek), Silek Sungai Patai (Silat Sungai Patai), dan Silek Baruah (Silat Baruh).