4 Pilar Kokoh Dibalik Julukan Kota Santri
Sekolahnews.com – Hari santri barusaja kita peringati pada tanggal 22 Oktober yang lalu. Santri, sebutan bagi mereka para siswa yang sedang dalam perjalanan menempuh ilmu agama, baik itu dengan cara bermukim di pondok pesantren, maupun hanya berguru ke kyai saja. Di Indonesia, terdapat satu kota yang sangat terkenal dengan julukan kota santri, lantas apakah penyebab mengapa kota tersebut bisa menjadi kota santri? Yuk simak!
Kabupaten Jombang adalah suatu wilayah yang ada di tengah-tengah Provinsi Jawa Timur, Indonesia. Bertahun-tahun lamanya, Jombang identik dengan julukan Kota Santri. Salah satunya alasannya yaitu karena banyaknya jumlah pondok pesantren yang ada di dalamnya. Dari julukan tersebut, banyak orang yang bertanya, mengapa Jombang sangat kuat dengan julukan Kota Santri? Padahal semestinya banyak Kota yang memiliki pondok pesantren seperti Pasuruan dan Cirebon, namun julukan Kota Santri nya tak setenar dibanding milik Jombang.
Sejarah Kabupaten Jombang
Kabupaten Jombang, memiliki peran yang penting dalam proses perkembangan agama Islam di Jawa Timur. Dahulunya, Jombang merupakan salah satu wilayah otonomi dari Mojokerto, yang saat itu masih tersisa bekas-bekas kejayaan Kerajaan Majapahit.
Konon, kata Jombang merupakan akronim dari kata berbahasa Jawa yaitu ijo (Indonesia: hijau) dan abang (Indonesia: merah). Ijo (hijau) mewakili kaum santri (agamis) dan abang (merah) mewakili kaum abangan (nasionalis/kejawen). Kedua kelompok tersebut hidup berdampingan, dan harmonis di Kabupaten Jombang. Bahkan kedua elemen ini menjadi warna dasar dalam lambang daerah Kabupaten Jombang.
Pelopor Pondok Pesantren di Jombang
Banyaknya jumlah pondok pesantren di Jombang menjadi penyebab dijuluki sebagai Kota Santri. Namun, julukan kota santri tak langsung didapatkan oleh Jombang, melainkan memiliki kisah asal muasal.
Berdirinya pondok pesantren di Jombang diawali oleh Kyai Abdus Salam. Kyai Abdus Salam merupakan putra dari Syekh Jabar, cucu dari raja Pajang yang bermukim di Dusun Jojokan, Desa Mulyo Agung Kecamatan Singgahan, Tuban.
Syekh Jabar, ayah dari Kyai Abdus Salam adalah putra dari Kyai Abdul Alim (Pangeran Benowo) bin (putra) Kyai Abdurrohman (Joko Tingkir) bin Lembu Peteng bin Brawijaya V (Raja Majapahit).
Kyai Abdus Salam merupakan tokoh yang mempelopori berdirinya pondok pesantren pertama di wilayah Jombang, yaitu Pondok Pesantren Bahrul Ulum Tambakberas yang terletak di Tambakberas, utara kota Jombang. Pesantren ini berdiri pada tahun 1825 dengan jumlah santri pertama yang hanyalah 25. Keberadaan Kyai Abdus Salam ini mempelopori lahirnya para ulama-ulama Islam setelahnya.
Tempat Lahirnya Organisasi Islam
Jombang memiliki peran yang penting dalam proses berdirinya organisasi-organisasi Islam di masa pra-kemerdekaan. Salah satu organisasi yang paling terkenal yakni Nahdlatul Ulama atau NU. Melansir dari nu.or.id, Pendirian NU dibentuk oleh para kyai ternama asal Jawa Timur yang digawangi oleh KH Wahab Chasbullah, sebelumnya para kiai pesantren telah mendirikan organisasi pergerakan Nahdlatul Wathon atau Kebangkitan Tanah Air pada 1916 M, serta Nahdlatut Tujjar atau Kebangkitan Saudagar pada 1918 M.
Kiai Wahab Chasbullah pada tahun 1914 M juga mendirikan kelompok diskusi yang ia beri nama Tashwirul Afkar atau kawah candradimuka pemikiran, ada juga yang menyebutnya Nahdlatul Fikr atau kebangkitan pemikiran. Dengan kata lain, NU adalah lanjutan dari komunitas dan organisasi-organisasi yang telah berdiri sebelumnya, namun dengan cakupan dan segmen yang lebih luas.
Hingga saat ini, yang biasa disebut sebagai pendiri NU adalah tiga kiai besar asal Jawa Timur. Meski di luar mereka ada sederet nama lainnya yang turut berperan di awal-awal terbentuknya NU. Berikut ini tiga kiai asal Jombang tersebut:
1. KH Hasyim Asy’ari
2. KH Abdul Wahab Chasbullah
3. KH Bisri Syansuri
4 Pilar Kokoh Kota Santri
Mengutip dari berbagai proses perkembangan dan perjalanan kehidupan Kabupaten Jombang, disimpulkan bahwa terdapat 4 Pilar yang sampai saat ini masih kokoh dan tenar dalam menyeimbangkan spiritual dan kehidupan di wilayah Jombang. 4 Pilar yang mengelilingi Jombang dari utara ke selatan hingga barat ke timur dan menjadikannya sebagai Kota Santri hingga saat ini yaitu:
1.) Pondok Pesantren Bahrul Ulum Tambakberas
Terletak di Kelurahan Tambakrejo, bagian utara Kota Jombang. Pesantren ini didirikan oleh KH. Abdus Salam pada tahun 1825. Pesantren ini menjadi pesantren yang paling tua di Jombang dan memelopori berdirinya pesantren lain di Kota Jombang.
2.) Pondok Pesantren Tebuireng
Pesantren ini terletak di bagian selatan Kota Jombang, tepatnya di Kecamatan Diwek. Didirikan oleh KH. Hasyim Asy’ari, yang juga merupakan pendiri dan rais syuriyah pertama Nahdhatul Ulama. Sejak tahun 1899 hingga saat ini, dengan 5 prinsip yang dianutnya yaitu: ikhlas, jujur, kerja keras, tanggung jawab, dan tasamuh, pesantren Tebuireng terus berkembang meningkatkan kualitas ilmu pengetahuan dan ilmu agama di wilayah Kabupaten Jombang.
3.) Pondok Pesantren Mambaul Ma’arif Denanyar
Di bagian barat Kota Jombang, tepatnya di Desa Denanyar. Berdiri pondok pesantren Mambaul Ma’arif yang dipelopori oleh KH. Bisri Syamsuri, pahlawan nasional yang dahulu menjadi bagian dari pendiri Nahdlatul Ulama. Di dalam pesantren ini, terdapat berbagai macam instansi pendidikan seperti MI Mambaul Ma’arif, MTs Mambaul Ma’arif, MTsN 4 Jombang, MAN 4 PK Jombang, dan lain-lain.
4.) Pondok Pesantren Darul Ulum Rejoso
Terletak di Desa Rejoso Kecamatan Peterongan, bagian timur Kota Jombang. Pesantren ini didirikan pada tahun 1885 oleh tokoh pindahan asal Bangkalan Madura, beliau adalah KH. Romli Tamim beserta rekan ulamanya. Sejarah berdirinya pondok pesantren ini sangat panjang hingga melewati 4 periode. Yaitu Periode Klasik (1885-1937), Periode Pertengahan (1937-1958), Periode Baru Fase 1 (1958-1985), dan Periode Baru Fase 2 (1985-1993).(goodnewsfromindonesia.id).