5 Tokoh Pendidikan dan Pejuang Kemerdekaan RI yang Kuliah Kedokteran

Sekolahnews.com – Pendidikan di Indonesia tidak lepas dari para tokoh yang ikut andil dalam perjuangan kemerdekaan. Salah satunya adalah Ki Hajar Dewantara yang juga disebut sebagai bapak pendidikan nasional.

Selain Ki Hajar, ada juga beberapa tokoh lain yang dikenal sebagai tokoh pendidikan Indonesia. Uniknya, banyak dari tokoh tersebut yang dulu kuliah di bidang kedokteran.

Siapa saja yang dimaksud? Berikut ini tokoh pendidikan Indonesia yang kuliah kedokteran dikutip dari laman resmi Kemdikbud dan RSUD Kertosono Nganjuk.

1. dr. Wahidin Soedirohusodo

Dokter Wahidin adalah lulusan School tot Opleiding van Indische Artsen (STOVIA) Jakarta yang senang bergaul dengan rakyat biasa. Ia pun dikenal karena sering mengobati rakyat tanpa memungut biaya.

Pahlawan nasional satu ini tahu penderitaan, terbelakang serta tertindasnya rakyat akibat penjajahan Belanda. Menurutnya, salah satu cara terbebas dari penjajahan adalah rakyat harus cerdas.

Mengutip detikX, dokter kelahiran Sleman, Yogyakarta ini sudah gigih berkeliling Jawa menyebarkan gagasan memajukan pendidikan sebelum kelahiran organisasi Budi Utomo. Gagasan yang ditinggalkannya sangat berharga bagi bangsa Indonesia, termasuk sejumlah organisasi pemuda mendeklarasikan Sumpah Pemuda pada 28 Oktober 1928.

2. dr. Radjiman Wedyodiningrat

Dalam perjalanan sejarah menuju kemerdekaan Indonesia, dr. Radjiman satu-satunya yang terlibat secara aktif dalam kancah perjuangan berbangsa dimulai dari munculnya Budi Utomo sampai pembentukan BPUPKI.

Dokter satu ini dikenal rajin membaca risalah kemerdekaan, sidang-sidang BPUPKI, termasuk pidato bersejarah Bung Karno 1 Juli 1945.

Tak hanya menjadi pejuang, dr. Radjiman juga mengenyam pendidikan dan berhasil mendapat gelar dokter di usia 20 tahun. Kemudian pada usia 24 tahun meraih gelar Master of Art.

Radjiman memilih menjadi dokter karena keprihatinannya melihat masyarakat Ngawi kala itu dilanda penyakit pes. Kemudian ia pun belajar secara khusus ilmu kandungan untuk menyelamatkan generasi ke depan, karena banyak ibu-ibu yang meninggal usai melahirkan.

3. Ki Hadjar Dewantara

Raden Mas Soewardi Soerjaningrat atau yang dikenal dengan nama Ki Hadjar Dewantara, dikenal sebagai Bapak Pendidikan Indonesia.

Ajarannya pun dipakai oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi sebagai jargon, yaitu tut wuri handayani, ing madya mangun karsa, ing ngarso sung tuladha (di belakang memberi dorongan, di tengah menciptakan membangkitkan semangat, di depan memberi contoh).

Ki Hadjar mengenyam pendidikan sekolah dasar di Europeesche Lagere School (ELS), sekolah dasar Belanda. Setelah tamat dari ELS pada 1904, beliau ditawari menjadi mahasiswa STOVIA yakni Sekolah Dokter Jawa di Jakarta.

Ki Hadjar merasakan bangku pendidikan di STOVIA pada 1905-1910. Namun karena sakit, ia tidak naik kelas dan beasiswanya pun dicabut. Ada sinyalisasi bahwa pencabutan beasiswa beliau tidak murni karena sakit, tetapi karena ada muatan politis dari pemerintah Hindia-Belanda.

4. dr. Sutomo

Sama halnya dengan dr. Wahidin dan Ki Hadjar, dr.Sutomo juga belajar di STOVIA Jakarta. Bersama rekan-rekannya di sanalah ia ikut mendirikan organisasi Budi Utomo.

Setelah lulus dari STOVIA pada 1911, dokter kelahiran Ngepeh Jawa Timur ini bertugas sebagai dokter di Semarang. Kemudian ia dipindah tugas ke Tuban, Lubuk Pakam, dan akhirnya ke Malang. Di sana ia membasmi wabah pes.

5. dr. Tjipto Mangoenkoesoemo

Dokter Tjipto Mangoenkoesoemo merupakan dokter profesional yang lebih dikenal sebagai tokoh pejuang kemerdekaan Indonesia dan menjadi salah satu pendiri Indische Partij, organisasi partai pertama yang berjuang mencapai Indonesia merdeka.

Dokter satu ini dikenal banyak melakukan perjuangan melalui tulisan-tulisan yang mengkritik pemerintah Belanda di Indonesia.

Sebagai dokter, Tjipto Mangoenkoesoemo dulu menjadi tenaga kesehatan garda terdepan dalam perang melawan wabah pes tahun 1911 di daerah Malang dan sekitarnya.(detik.com).