Adhi, Mahasiswa ‘Bangkit’ Berkursi Roda yang Kini Jadi AI Engineer

Sekolahnews.com – Adhi Setiawan, semula mengikuti program Bangkit Kampus Merdeka 2021 di jalur pembelajaran machine learning. Mahasiswa Teknik Informatika, Universitas Brawijaya angkatan 2017 tersebut menuturkan, pembelajaran dan sertifikasi Bangkit membantunya terjun ke dunia kerja sebagai AI engineer Kalbe Farma.
Ketertarikan pada kecerdasan buatan (AI) saat belajar di bangku kuliah menurut Adhi mendorongnya untuk belajar practical dan praktik lebih lanjut di Bangkit. Pembelajaran Bangkit yang berlangsung daring bagi Adhi juga memudahkannya sebagai mahasiswa difabel berkursi roda.

“Kayak bikin proyek sesuatu yang kolaborasi dengan orang-orang lain, dengan bidang lain. Nah itu yang membuat saya tertarik. Dan saya ingin mencoba juga sih, gimana sih caranya sebenarnya implementasi machine learning di dunia nyata seperti itu,” tuturnya pada detikEdu saat dijumpai di Lepas Sambut Bangkit 2024 di Kantor Google Indonesia, Jakarta.


“Menguntungkan sekali buat saya pribadi yang nggak bisa melakukan mobilisasi dengan repot-repot. Jadi bisa belajar dari rumah dari depan laptop. Pihak Bangkit juga tanya saya kira-kira butuhnya apa, tetapi saya sendiri cukup karena harus tidak ke mana-mana,” imbuhnya.

Garap Proyek Akhir Online
Untuk proyek akhir Bangkit, Adhi dan rekan sekelompok lintas jalur pembelajaran menggarap capstone deteksi kadar gula dan kalori pada makanan. Berangkat dari masalah penyakit diabetes di Indonesia, ia coba membuat tools yang dapat mengecek kalori dan kadar gula.

“Jadi kayak misalkan ada suatu makanan ya, entah makanan apapun itu kita bisa foto gitu. Terus kita bisa deteksi kadar gula dan kalorinya pada makanan tersebut, apapun itu ya. Jadi semua jenis makanan bisa kayak gitu sih,” tuturnya.

“Dari mobile, cloud computing, dan machine learning kayak bekerja sama. Serunya karena bisa kayak praktek langsung ya istilahnya, dari apa yang sudah kita pelajari,” sambung Adhi.

Ia mengaku kerja tim secara virtual dalam menggarap capstone terkadang dihadapkan pada masalah komunikasi.

Namun, kelompoknya menyiasati dengan kolaborasi dan conference call setiap saat agar tidak ada anggota kelompok yang hilang kontak.

“Balik lagi ke diri sendiri, mau menyelesaikan atau nggak, kontribusi juga. Tapi overall dari tim saya baik semua, dan mereka bisa menyelesaikan dengan baik,” tuturnya.

Hasil Belajar di Dunia Kerja
Adhi menuturkan, ilmu yang dipelajarinya di kampus dan Bangkit terpakai di dunia kerja, termasuk pembelajaran foundational.

Ia mencontohkan, saat karyawan hendak membuat suatu sistem untuk memprediksi kapan sebuah produk akan dibeli, maka fondasi machine learning yang kuat dapat dimanfaatkan untuk menjawabnya.

“Di Bangkit ada materi seperti itu, cuman memang kalau di awal kita nggak tahu ini nanti gimana sih, gitu. Tapi nanti ketika dunia kerja kita akan lihat, oh dulu tuh ini pernah dipelajari nih di Bangkit atau di kampus. Jadi ya kayak refresh lagi,” tuturnya.

Perangkat Penting, Kemauan Belajar Juga Penting
Adhi menuturkan, di jalur pembelajaran machine learning, mahasiswa tidak perlu perangkat dengan spesifikasi tinggi. Mahasiswa Bangkit dapat menggunakan Google Colab untuk belajar machine learning dan meng-coding dalam cloud.

Di sisi lain, ia mewanti-wanti agar menyiapkan niat belajar, konsisten, dan mengelola waktu dengan baik. Sebab, pelajaran 900 jam di Bangkit menurutnya intens dan padat.

Ia menjelaskan, pembelajaran di Bangkit sehari-hari terdiri dari belajar mandiri dan belajar bersama mentor atau instruktur dari pagi hingga sore.

Evaluasi hasil belajar diadakan keesokan paginya. Untuk itu, ia harus pandai-pandai membagi waktu, menjaga niat belajar, dan tidak sungkan bertanya pada mentor jika ada kesulitan.

“Machine learning itu nggak terlalu membutuhkan perangkat spesifikasi tinggi untuk belajar karena semuanya bisa dilakukan melalui browser kayak Chrome atau sejenisnya ya. Ibarat komputernya bisa nyala dan bisa menjalankan browser itu sudah cukup,” ujarnya tertawa.

“Dan yang terpenting itu kemauan belajar sih. Karena kalau kemauan belajar berkurang, pasti akan ada banyak alasan. Tapi kalau misalkan kemauan belajar tinggi, meskipun ada banyak masalah, termasuk halangan hardware, itu nggak akan jadi masalah, pasti akan ada nemu solusinya,” sambungnya.

Terkait menjaga konsistensi belajar, ia juga mengingatkan mahasiswa untuk memilih jalur pembelajaran sesuai minat. Mahasiswa bisa memilih jalur machine learning, cloud computing, dan mobile development.

Mulai 2024, Bangkit mengintegrasikan kurikulum AI pada ketiga jalur. Mahasiswa Bangkit jalur belajar mobile development Android belajar dasar-dasar AI, sedangkan mahasiswa jalur cloud computing juga akan belajar cyber security. Adapun mahasiswa jalur machine learning akan belajar generative AI dan applied machine learning.

“Jangan sampai terbawa hype, misalnya AI. Meskipun kebutuhannya banyak, pilih sesuai minat. Karena masing-masing ada kebutuhannya,” tuturnya.

Inklusivitas di MSIB
Belajar machine learning di Bangkit dari rumah menurut Adhi cukup inklusif bagi mahasiswa difabel. Ia berharap, program Magang dan Studi Independen Bersertifikat (MSIB) Kampus Merdeka secara umum ke depan juga bisa inklusif dengan mendata mahasiswa difabel yang mengikuti program ini.

“Kalau terdata, kita kan bisa mapping tuh kebutuhannya apa, targetnya kayak gimana, dan harus memperlakukan seperti apa. Karena terkadang untuk difabel sendiri kan juga berbeda-beda kebutuhannya. Kalau saya sendiri online cukup gitu, tapi kalau Tuli, butuh juru bahasa isyarat, JBI. Jadi inklusif buat semua,” tuturnya.(detik.com).