Berani Mengatakan “Tidak”, Wajar atau Enggak Ya?

Sekolahnews.com – sebagai makhluk sosial tentu kita tak lepas dari berinteraksi dengan orang lain. Entah untuk beraktivitas bersama, saling membantu, menyemangati, hingga sebatas menjadi teman bicara. 

Namun tentu ada kalanya kita merasa sedang ingin sendirian, enggan berinteraksi karena satu dan lain hal. Sayangnya masih banyak orang yang merasa tidak enak menolak ajakan atau permintaan orang lain untuk dirinya. Pernahkah kamu merasa seperti itu?

Jika selalu muncul perasaan tidak enak kepada orang lain yang akhirnya membuatmu terpaksa melakukan apa yang dimintanya, hati-hati lho.

Bisa saja kamu terjebak dalam kondisi people pleasing atau kondisi dimana kamu terlalu merasa tidak enak untuk menolak orang lain. Tapi disisi lain kamu merasa kesal ketika sudah melakukannya karena sebenarnya kamu tidak mau. 

Baca juga: Etika Bertanya Secara Tertulis

Agar kamu tidak terjebak dalam kondisi ‘terlalu gak enakan’ atau menjadi people pleaser, Kelly sebagai kreator @personalitydoc yang mempunyai fokus di bidang pengembangan diri, khususnya membangun self-love membuat siaran langsung di Instagram mengenai ‘Stop People Pleasing’ yang berkolaborasi dengan Jan Livia Tiu seorang wellness coach pada Rabu (9/12/2020). 

Hal mendasar yang menjadikan kita  merasa tidak enak untuk menolak orang lain adalah rasa takut akan mengecewakannya. Ada perasaan takut untuk ditinggalkan dan tidak lagi diterima oleh orang tersebut. Bahkan seringkali ketika hendak menolak permintaan orang lain, kita merasa egois karena hanya mementingkan diri sendiri. 

“Ketika menolak orang lain karena punya sesuatu yang lebih penting yang kita prioritaskan, itu bukan egois. Bukan berarti kita gak peduli dengan kepentingan dia, hanya saja kita punya batasan dan ada kepentingan lain yang lebih mendesak,” ujar Kelly, kreator @personalitydoc.

Menjadi seorang people pleaser ditandai dengan kamu yang terlalu mengorbankan diri untuk orang lain, namun pengorbanan itu justru merugikan. TemanBaik perlu untuk bisa membedakan maksud dari menghargai orang lain dan mengorbankan diri untuk orang lain. 

“Misalnya diajak makan sama orang tua pacar di rumahnya, padahal kita belum mau makan. Tapi untuk menghargai kita tetap makan walaupun sedikit saja. Tapi ternyata disuguhkan makanan pedas, padahal kita gak kuat makan pedas. Karena terlalu gak enakan, kita paksain makan. Akhirnya pas pulang malah kesal atau sakit perut, itu namanya mengorbankan diri,” terang Kelly.

Jadi, bukan berarti ketika kamu mau membantu atau menghargai orang lain, kamu boleh mengabaikan dirimu. Tapi dalam menolak pun tetap perlu etika yang baik ya. Baiknya, kita tidak menolak orang lain mentah-mentah tanpa alasan yang jelas. Saat menolak permintaan orang lain, cobalah untuk tetap meminta maaf dan jelaskan alasanmu tidak dapat membantu atau menerima ajakannya. Jika memungkinkan tawarkan alternatif lain, misalnya dengan menawarkan hari atau cara lain untuk membantunya. 

Baca juga: Anda Harus Tahu Etika Bertetangga Kalau Mau Hidup Damai

Jika perasaan tidak enak muncul setelah kita menolak permintaan orang lain, itu hal wajar kok. Perasaan tidak enak yang kita rasakan secara tidak langsung menunjukkan bahwa kita menghargai dan memikirkan kepentingan orang lain. Hanya saja saat itu, kita memiliki prioritas yang lebih penting untuk diri sendiri. 

Tapi jangan terjebak dan terus memikirkan perasaan tidak enak itu ya, TemanBaik! Kita juga harus ingat bahwa perasaan orang lain bukan hal yang bisa kita kendalikan. Jika ada orang lain yang merasa kecewa saat kita menolaknya, maka perasaan itu sudah di luar tanggung jawab kita. 

“Selalu ada dua kemungkinan saat kita menolak, dia menerima atau tidak. Kita cuma bertanggung jawab sampai memberi penjelasan dan memberi alternatif. Apa perasaan yang dirasakan orang tersebut, itu di luar kendali kita,” ujar Kelly.  Berani mengatakan ‘tidak’ pada orang lain merupakan salah satu cerminan dari menghargai diri kita sendiri. Toh, tidak enak bukan jika saat membantu orang lain kita malah merasa terpaksa dan kesal? (beritabaik.id)