Hambatan Pembelajaran Jarak Jauh
SekolahNews — Wabah virus Corona COVID-19 yang melanda Indonesia sangat berdampak pada dunia pendidikan. Pemerintah mengeluarkan kebijakan PSBB dalam penanganan Covid-19 dengan menerbitkan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 21 Tahun 2020 dan Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 11 Tahun 2020.
Saat ini sudah ada beberapa daerah yang menerapkan PSBB di wilayahnya dengan membatasi berbagai aktivitas masyarakat, termasuk kegiatan belajar mengajar di sekolah.
Dengan diberlakukannya sistem pembelajaran jarak jauh, siswa dan guru tidak harus bertemu secara langsung untuk melaksanakan pembelajaran, melainkan mereka bertemu dan melakukan pembelajaran di tempatnya masing-masing dengan memanfaatkan berbagai media daring seperti WhatsApp, Google Classroom, Google Meet, Zoom, dan media-media lainnya.
Baca juga: Memanfaatkan Radio untuk Belajar Jarak Jauh
Namun, penggunaan media daring dalam kegiatan pembelajaran terkadang memunculkan berbagai masalah yang dialami oleh siswa.
Seperti penyampaian materi yang kurang lengkap, atau kurangnya penjelasan dari guru yang membuat siswa tidak dapat memahami materi dengan maksimal.
Selain itu, masih terdapat banyak keluhan dari para siswa sekolah berupa minimnya akses untuk memperoleh informasi, contohnya ialah gangguan pada sinyal sehingga siswa tidak bisa memperoleh informasi yang disampaikan oleh guru dengan baik.
Oleh karena itu, seorang guru harus bisa menyesuaikan tugas dan materi dengan keadaan yang sedang dialami oleh para siswa di masa pandemi ini.
Berbagai model dan metode pembelajaran yang baru serta bervariasi sangat dibutuhkan untuk memaksimalkan kegiatan pembelajaran siswa di rumah masing-masing.
Plt Dirjen PAUD, Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah Hamid Muhammad angkat bicara perihal hasil evaluasi pembelajaran jarak jauh (PJJ) selama tiga bulan terakhir.
Evaluasi yang dilakukan Balitbang Kemendikbud tersebut menyatakan hambatan yang dirasakan mulai dari akses internet hingga guru yang kesulitan mengintegrasikan materi pembelajaran ke perangkat digital.
“Memang hambatan utama pembelajaran daring itu masalah akses internet, pulsa, dan gawai. Tapi juga ada terkait dengan pendidik, memang ada sejumlah guru yang walaupun dia punya akses Internet tapi dia masih punya tantangan mengintegrasikan materi pembelajaran dengan perangkat digital,” ujar Hamid, dalam Bincang Pendidikan dan Kebudayaan secara daring, seperti dikutip dari tribunnews.com.
Hamid menegaskan hambatan-hambatan tersebut hanya berimplikasi kepada 39 persen siswa. Hal tersebut sesuai dengan besaran jumlah siswa yang melakukan pembelajaran jarak jauh.
Sementara sisanya, kata dia, masih melakukan pembelajaran secara campuran. Baik antara daring maupun luar jaring (luring) hingga manual.
“Selebihnya itu ada blended atau campuran antara daring dan luring. Ada juga manual yaitu memberikan tugas, mempelajari buku teks,” ungkapnya.
Baca juga: PPJ: Ciptakan Suasana Sekolah di Rumah
Namun, pembelajaran secara manual ini ditengarai sebagai penyebab dari sebagian siswa merasa jenuh. Karena pola pembelajaran yang dirasa monoton.
Hamid mengatakan hal ini akan dijadikan koreksi untuk ke depan. Diharapkan nantinya para guru dapat memberikan pembelajaran yang bervariasi.
“Diharapkan para guru itu lebih memberikan pembelajaran yamg bervariasi agar anak-anak ini termotivasi untuk belajar. Dan kita tahu Surat Edaran Nomor 4 Tahun 2020 itu salah satunya menyatakan bahwa belajar di rumah ini lebih fokus kepada pendidikan kecakapan hidup dengan tempat anak-anak tinggal. Ini jadi bahan koreksi kita ke depan,” tandasnya.