Mengenang Gus Sholah, Tokoh NU Milik Semua

SekolahNews — Bangsa Indonesia kehilangan seorang ulama besar sekaligus putra terbaik bangsa atas kepergian pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang, Jawa Timur, yang juga merupakan seorang tokoh bangsa, K.H. Dr. Ir. Salahuddin Wahid atau akrab dipanggil Gus Sholah.

“Almarhum seorang yang selama ini mengabdikan hidupnya untuk kepentingan umat dan bangsa,” kata Wakil Menteri Agama Zainut Tauhid Sa’adi di Jakarta, Senin (3/2) dikutip dari siaranindonesia..

Zainut menilai Gus Solah adalah tokoh besar Nahdlatul Ulama (NU). “Beliau adalah seorang negarawan, ulama, cendekiawan dan pegiat kemanusiaan. Beliau mengayomi semua golongan tanpa memandang suku, ras, agama dan golongan. Beliau adalah perekat persatuan dan penjaga harmoni kebhinnekaan,” terang Zainut.

Baca juga: Presiden Beri Gelar Pahlawan Kepada 6 Tokoh Bangsa
Baca juga: Joserizal Jurnalis Terlahir untuk Melayani

Zainut yang juga Wakil Ketua Umum MUI ini juga mengatakan almarhum Gus Solah adalah tokoh NU yang berpikiran terbuka, demokratis, dan jernih dalam melihat masalah. Sehingga dalam memberikan solusi selalu mengedepankan pertimbangan kemaslahatan untuk kepentingan yang lebih besar, dan mengenyampingkan kepentingan kelompok dan golongan.

“Beliau tidak segan menyampaikan kritik kepada siapa pun jika dianggap salah, dan membela siapa pun yang benar meskipun orang lain menganggap salah. Semua itu dilakukan tanpa ada pamrih dan beban, karena disampaikan dg penuh keihlasan,” tuturnya.

Selain itu, lanjut Zainut, almarhum menjadi jembatan yang menghubungkan semua golongan. Jembatan yang menghubungkan tokoh-tokoh agama, pemerintah dan masyarakat.

Bahkan di kalangan NU beliau menjadi jembatan antara golongan muda dan golongan tua. Sehingga di NU tidak terjadi kesenjangan generasi baik dari aspek pemikiran maupun sikap keagamaannya.

Gus Sholah wafat di usia 77 tahun. Ia merupakan saudara presiden Abdurrahman Wahid atau Gus Dur. Pria kelahiran 11 September 1942 ini adalah anak ketiga dari pasangan KH Wahid Hasyim dan Nyai Hj Sholihah.

Selain Gus Dur, saudara Gus Sholah adalah Nyai Aisyah, Dr Umar Alfaruq, Nyai Lily Wahid, dan Muhammad Hasyim.

Lahir Bahasa dari Pesantren

Gus Sholah, begitu ‘masyarakat Akrab menyapa beliau, lahir pada Jum’at 11 September 1942 di Jombang, tepatnya di pesantren Tebuireng Jombang Jawa Timur Bahasa Dari Ibu Nyai Hj. Sholehah dan ayah KH. Wahid Hasyim. Lingkungan dan keluarga pesantren tentu mempengaruhi karakter dan kehidupan keagamaan Gus Solah.

Dari Tebuireng untuk Bangsa

Dalam perjalanannya, Pesantren Tebuireng selalu melahirkan tokoh-tokoh-tokoh-tokoh pendidikan nasional yang mempunyai integritas bangsa membanggakan. Sejarah kemerdekaan bangsa ini tidak lepas dari Tebuireng. Tokoh besar agamawan, pahlawan nasional, presiden, guru bangsa adalah sederet prestasi Tebuireng yang tentu harus mendapat apresiasi dan kebanggaan tertinggi. Prestasi terbesarnya mungkin terlihat ketika Tebuireng menjadi bagian gerakan dari Resolusi Jihad Nahdlatul Ulama yang melatarbelakangi perang mempertahankan NKRI di Surabaya pada 10 November 1945 yang dikomandani oleh Hadratus Syekh Hasyim Asy’ari.

Nama Ir. KH. Salahuddin Wahid (Gus Solah) sudah akrab di telingan umat. Tokoh Ulama NU sekaligus cucu pendiri NU Hasyim Asy’ari Hadratus Syekh Syekh Hasyim Asy’ari, adik KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur) pernah menjadi Wakil Ketua Komnas HAM, anggota MPR-RI, Dan juga menjadi calon wapres mendampingi capres Jenderal (Purn) Wiranto dari Partai Golkar pada Pemilu Presiden 2004, walaupun dalam Pemilu saat itu gagal. Gus Solah tetap menjadi seorang tokoh bangsa yang dihormati masyarakat karena integritasnya.

Organisasi Nasional dan Internasional

Sarjana Arsitektur Institut Teknologi Bandung (ITB) dan penulis lepas berbagai media yang sudah terlatih. Tahun 1957-1961 sudah Aktif di Kepanduan Ansor. Ketika bersekolah di SMAN 1 Jakarta, beliau menjabat Wakil Ketua OSIS (1961-1962). SAAT menjalai Program strata 1 di ITB, Aktif sebagai Anggota Pengurus Senat Mahasiswa (1963-1964) Dan Bendahara Dewan Mahasiswa ITB (1967). Juga Aktif di Komisariat PMII ITB (1964-1966), menjabat Wakil Ketua PMII Cabang Bandung (1964-1966), Dan Dewan Pengurus Pendaki Gunung Wanadri (1966-1967).

Putra KH. Wahid Hasyim ini kemudian menjabat Wakil Ketua Komnas HAM (2002-2007), Anggota MPR (1998-1999). Dia pun pernah Aktif sebagai Assosiate Director Perusahaan Konsultan Properti Internasional (1995-1996), Direktur Utama Perusahaan Konsultan Teknik (1978-1997) Direktur Utama Perusahaan Kontraktor (1969-1977). Dan berbagai organisasi pendidikan nasional dan internasionaL

Agama dan Sains

Cita-cita Gus Sholah kepada para santri untuk menjadi generasi harapan bangsa dengan bekal ilmu agama dan sains secara berimbang.

Tiga hal utama pesan yang disyaratkan Gus Sholah kepada santri, siswa, dan komunitas Ponpes Tebuireng, yaitu bersikap jujur, semangat belajar dan komitmen mengejar ketertinggalan, dan berintegitas. Baginya, jujur ​​adalah kunci segalanya. Semua karakter unggul tidak ada artinya kalau tidak jujur. Kepandaian regular tidak ada gunanya kalau tidak jujur. Yang ada nantinya akan menjadi koruptor dan menipu bangsa sendiri.

Di luar itu, Ponpes Tebuireng juga Membangun SD dan SMA Sains yang letaknya tidak jauh lokasi Ponpes Tebuireng. Gus Sholah ingin menepis anggapan keliru tadi dengan mengatakan bahwa Sains dan Ilmu Agama bisa berjalan beriringan.

Biodata KH. Salahuddin Wahid (Gus Sholah)

Nama: IR. H. SALAHUDDIN WAHID

Lahir: Jombang, 11 September 1942

Ayah: KH Wahid Hasjim

BACA JUGA Kilas Balik Ustaz Haris, Mantan Radikalis
Ibu: Hj. Sholehah

PENDIDIKAN:
  • Institut Teknologi Bandung (ITB)
  • seminar berbagai Mengikuti Dan PELATIHAN Kepemimpinan
PENGALAMAN PEKERJAAN:
  • Wakil Ketua Komnas HAM (2002-2007)
  • Anggota MPR (1998-1999)
  • Penulis lepas PADA berbagai media yang (1998-sekarang)
  • Assosiate Director PERUSAHAAN Konsultan Properti Internasional (1995-1996)
  • Direktur Utama PERUSAHAAN Konsultan Teknik (1978 – 1997)
  • Direktur Utama PERUSAHAAN Kontraktor (1969-1977)
PENGALAMAN ORGANISASI:
  • 1963-1964, Anggota Pengurus Senat Mahasiswa Arsitektur ITB
  • 1967, Bendahara Dewan Mahasiswa ITB
  • 1964-1966, Komisariat PMII ITB
  • 1964-1966, Wakil Ketua PMII Cabang Bandung
  • 1973-Sekarang, Anggota Ikatan Arsitek Indonesia
  • 1988-Sekarang, Anggota Persatuan Insinyur Indonesia.
  • 1989-1990, Ketua DPD DKI Indkindo (Ikatan Konsultan Indonesia)
  • 1991-1994, Sekretaris Jenderal DPP Inkindo
  • 1994-1998, Ketua DEPARTEMEN Konsultan Manajemen Kadin
  • 2002-2005, Anggota Dewan Pembina YLBHI (Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia
  • 1999-2004, Ketua PBNU
  • 2000-2005, Ketua MPP ICMI
  • 1995-2005, Anggota Dewan Penasehat ICMI
  • 2002-2005, Ketua Umum Badan Pengurus Yayasan Pengembangan Kesejahteraan Sosial
  • 2000-Sekarang, Ketua Badan Pendiri Yayasan Forum Indonesia Satu.
  • 1993-Sekarang, Anggota Pengurus IKPNI (Ikatan Keluarga Pahlawan Nasional Indonesia)
  • 1985, 1999 Pendiri, Sekretaris Yayasan Wahid Hasyim
  • 2006-Sekarang, Pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng Jombang
  • 2009-Sekarang, Dewan pembinan Yayasan Hasyim Asy’ari .

Diolah dari berbagai sumber