Uang Bukan Lagi Prioritas Milenial dan Gen Z dalam Berkarir

Dalam sebuah penelitian baru, kaum muda yang masuk kategori milenial dan generasi Z (gen Z) tidak memiliki prioritas dan harapan yang sama dengan orang yang lebih tua dalam hal karir profesional.

Mereka tidak menempatkan pekerja sebagai pusat kehidupan mereka. Akibatnya banyak gen Z dan milenial yang lebih suka menganggur daripada bekerja dengan pekerjaan yang tidak mereka sukai.

The Randstad, agen tenaga kerja dari Amerika Serikat (AS), bertanya kepada 35.000 orang dari 34 negara tentang pandangan mereka tentang dunia kerja. Para peneliti menemukan bahwa sepertiga dari usia 18-35 tahun sedang mencari pekerjaan. Terlepas dari situasi genting ini, mereka tidak mau berkompromi dalam mengejar karir.

Faktanya, 40% gen Z dan 38% milenial mengatakan mereka lebih suka menganggur daripada terjebak dalam pekerjaan yang membuat mereka tidak bahagia. Sebagai perbandingan, hanya 25% orang kategori baby boomers yang mengatakan mereka bersedia melakukan hal yang sama.

“Kaum muda ingin membawa seluruh diri mereka untuk bekerja, yang tercermin dalam tekad mereka untuk tidak mengkompromikan nilai-nilai pribadi mereka ketika memilih atasan,” kata CEO Randstad, Sander van’t Noordende, sebagaimana dilansir dari Lifestyleasia.

“Penelitian kami menunjukkan ekspektasi yang meningkat dari bisnis untuk mengambil sikap terhadap masalah sosial dan lingkungan… Perusahaan yang gagal melakukannya menghadapi perjuangan yang semakin berat dalam hal perekrutan dan mempertahankan talenta,” tambahnya.

Tidak seperti generasi sebelumnya, pendatang baru di pasar kerja sangat menuntut. Mereka tidak lagi puas dengan iming-iming kontrak permanen, sebab mereka ingin bekerja dalam profesi yang mereka sukai dan yang memungkinkan mereka untuk terus belajar.

Meski begitu, tidak semua anak muda berpikiran sama. Hampir 50% gen Z dan milenial tidak akan menerima pekerjaan di perusahaan yang tidak sejalan dengan nilai-nilai mereka tentang keadilan sosial dan memerangi pemanasan global.

Selain itu banyak anak berusia 18 hingga 35 tahun yang mengatakan bahwa mereka tidak akan bergabung dengan perusahaan yang tidak melakukan upaya proaktif untuk mendorong keragaman dan kesetaraan.

Bahkan dua dari lima anak muda yang disurvei tidak akan keberatan mendapatkan lebih sedikit uang jika mereka merasa pekerjaan mereka memberikan kontribusi positif bagi dunia.

Perusahaan perlu menyadari bahwa kaum muda tidak punya waktu untuk disia-siakan, sebab mereka tidak akan ragu untuk berhenti jika mereka merasa tidak bahagia.

(Haluan)