Ini Daftar 5 Pahlawan Nasional yang Berjuang untuk Pendidikan
SekolahNews – Pendidikan seperti yang kita tahu, merupakan hal yang harus diprioritaskan dalam kehidupan masyarakat. Mengingat sangat pentingnya ilmu lewat pendidikan formal untuk anak bangsa ini telah diperjuangkan oleh para pahlawan jauh sebelum bangsa ini merdeka.
Apalagi pada masa pandemik COVID-19 ini, dunia pendidikan ikut terguncang sama dengan isu lainnya seperti kesehatan, sosial, dan ekonomi.
Anak-anak terpaksa menggantung seragam mereka di lemari karena wabah virus corona, hanya sebagian murid yang bisa kembali ke sekolah, sisanya masih menjalankan kegiatan pembelajaran jarak jauh (PJJ) atau secara online.
Baca Juga: Nama Menteri Pendidikan di Indonesia dari pertama hingga sekarang
Dikutip dari laman IDN Times yang telah merangkum lima sosok pahlawan Indonesia yang memiliki kontribusi di bidang pendidikan. Siapa saja mereka?
1. Raden Ajeng Kartini
Nama Raden Ajeng Kartini sudah tidak akan asing lagi di telinga orang Indonesia. Dia adalah salah satu tokoh pendidikan perempuan. Kartini lahir pada 21 April di Jepara, saat era pemerintahan Hindia Belanda.
Dia juga dikenal sebagai penggerak pendidikan bagi perempuan pribumi. Dia gemar membaca dan menulis, beberapa tulisannya untuk sahabatnya juga dibukukan.
R.A Kartini mendirikan sekolah bernama Kartini School atau Sekolah Kartinik khusus untuk perempuan. Sekolah ini didirikan oleh Yayasan van Deventer milik keluarga Van Deventer, seorang tokoh Politik Etis di beberapa tempat dan pertama kali berdiri pada tahun 1912 di Semarang.
Namun,sayang, Kartini tak sempat melihat pembangunan sekolah itu karena dia wafat pada 17 September 1904, tepat beberapa hari setelah anak pertamanya Soesalit Djojoadhinigrat lahir pada 13 September 1904. Kartini dimakamkan di Desa Bulu, Kecamatan Bulu, Rembang.
2. Dewi Sartika
Dewi Sartika adalah seorang perempuan perintis pendidikan bagi kaum wanita. Dia diakui sebagai pahlawan nasional pada 1966.
Perempuan kelahiran Cicalengka, Bandung 4 Desember 1884 ini mendirikan sekolah isteri pada 16 Januari 1904 di Pendopo Kabupaten Bandung, yang kemudian direlokasi ke Jalan Cuguriang dan berubah menjadi Sekolah Kaoetamaan Isteri pada 1910.
Dalam waktu dua tahun, sudah ada sembilan sekolah yang didirikan di Jawa Barat. Kemudian pada 1929 sekolah itu berubah nama menjadi Sekolah Raden Dewi.
Dia juga dianugerai gelar Orde van Oranje-Nassau pada ulang tahun ke-35 Sekolah Kaoetamaan Isteri, karena jasanya memperjuangkan pendidikan. Dia wafat pada 11 September 1947 di Tasikmalaya.
3. Ki Hajdar Dewantara
Raden Mas Soewardi Soejaningrat atau yang dikenal dengan nama Ki Hadjar Dewantara adalah bapak pendidikan. Dia lahir di Pakualaman 2 Mei 1889.
Baca juga: Rohana Kudus Ditetapkan Sebagai Pahlawan Nasional
Dia adalah pendiri perguruan taman siswa, yang memberi kesempatan bagi para pribumi untuk mengenyam pendidikan.
Hari kelahirannya kini diperingati seluruh Indonesia sebagai Hari Pendidikan Nasional. Dia juga menciptakan semboyan “tut wuri handayani”.
Namanya juga diabadikan sebagai salah satu nama kapal perang Indonesia, yakni KRI Ki Hajar Dewatara dan potret wajahnya diabadikan dalam pecahan uang keretas 20.000 edisi tahun 1998. Dia juga dianugerahi gelar Doktor Kehormatan dari Universitas Gadjah Mada dan meninggal pada 26 April 1959.
Dia dikukuhkan sebagai pahlawan nasional pada 1959 oleh Presaiden Sukarno lewat Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 305 Tahun 1959, tanggal 28 November 1959.
4. KH Ahmad Dahlan
Kiai Haji Ahmad Dahlan atau Muhammad Darwis adalah seorang pahlawan di bidang pendidikan, yang lahir pada 1 Agustus 1868. Dia adalah pendiri Muhammadiyah.
Dia berperan untuk membangkitkan kesadaran bangsa lewat pembaharuan Islam dan pendidikan. Pemerintah Republik Indonesia menetapkannya sebagai Pahlawan Nasional dengan surat Keputusan Presiden no. 657 tahun 1961.
Pada usia 15 tahun, dia pergi haji dan tinggal selama lima tahun di Makkah. Kala itu, Ahmad Dahlan mulai berinteraksi dengan tokoh pembaharu Islam dan kembali ke Tanah Air pada tahun 1888.
Baca juga: Pendidikan Keluarga adalah yang Utama
Tahun 1903, dia kembali ke Mekkah dan menetap selama dua tahun. Sepulang dari Mekkah, dia menikah dengan Siti Walidah. Pada tahun 1912 tepatnya tanggal 18 November, Ahmad Dahlan mulai mendirikan Muhammadiyah di kampung halamannya di Kauman Kota Yogyakarta, kemudian dia mulai menyebarkan Muhammadiyah ke berbagai daerah.
5. Kiai Haji Hasyim Asy’ari
Kiai Haji Hasyim Asy’ari atau disebut juga Kiai Hasyim Ashari lahir di Kabupaten Jombang, Jawa Timur pada 14 Februari 1871, dia adalah pendiri salah satu organisasi Islam terbesar di Indonesia, Nahdlatul Ulama.
Pada tahun 1892, K.H. Hasyim Asy’ari juga pernah pergi menimba ilmu ke Mekkah, Kyai Hasyim adalah pahlawan pendidikan yang mendirikan Pondok Pesantren Tebu Ireng di Jombang pada 1899.
Pesantren ini menjadi pesantren terbesar dan terpenting di Jawa pada abad 20. Kemudian pada 1926 dia menjadi salah satu pendiri NU yang berarti Kebangkitan Ulama. Dia juga dijuluki dengan sebutan Hadratus Syeikh yang berarti maha guru, kemudian ia wafat pada 21 Juli 1947 di usia 76 tahun.
Sumber: IDN Times