AA Maramis, Penanda Tangan Mata Uang Pertama RI
Sekolahnews.com — Alexander Andries Maramis atau familiar dipanggil AA Maramis menjadi sosok penting dalam persiapan hingga peredaran uang rupiah yang saat itu bernama Oeang Republik Indonesia (ORI).
Kekuatan tanda tangan teramat penting dalam segala bentuk pengesahan. Tanda tangan, baik itu di sebuah surat prasasti atau plakat, menjadi syarat yang mutlak dilakukan agar khalayak tahu ada pihak yang terlibat dalam pengesahannya.
”Bahwa suatu surat atau tulisan yang memuat pernyataan atau kesepakatan yang jelas dan terang, tetapi tidak ditandatangani ditinjau dari segi hukum pembuktian, tidak sempurna sebagai surat atau akta sehingga tidak sah digunakan sebagai alat bukti tulisan,” seperti itulah kutipan Yahya Harahap dalam Kamus Istilah Hukum Populer.
Baca juga: Ini Daftar 5 Pahlawan Nasional yang Berjuang untuk Pendidikan
Tanda tangan Alex Maramis, ia biasa juga dipanggil, bisa dilihat di sejumlah uang ORI pecahan 1945-1947. Hal itu menjadi sangat wajar karena ia ditunjuk sebagai Menteri Keuangan RI pada periode tersebut.
Tak sekadar membubuhkan tanda tangan, tetapi Alex Maramis juga menginisiasi percetakan uang negara demi menekan perederan uang Jepang dan Belanda.
Alexander Andries Maramis lahir di Manado, Sulawesi Utara, pada 20 Juni 1897. Ayahnya bernama Andries Alexander Maramis (nama pertama dan tengah dibalik) dan ibunya bernama Charlotte Ticoalu.
Tante Alex Maramis bukanlah orang sembarangan, karena juga bergelar Pahlawan Nasional Indonesia yaitu Maria Walanda Maramis. Maria bergerak di bidang pengembangan wanita pada awal abad 20 sehingga sering disebut “Kartini dari Minahasa”.
Alex Maramis belajar di sekolah dasar bahasa Belanda (Europeesche Lagere School, ELS) di Manado.
Ia kemudian masuk sekolah menengah Belanda (Hogere Burgerschool, HBS) di Batavia (sekarang Jakarta) di mana dia bertemu dan berteman dengan Arnold Mononutu yang juga dari Minahasa dan Achmad Soebardjo.
Pada 1919, Maramis berangkat ke Belanda untuk menimba ilmu hukum di Universitas Leiden. Demi lulus ujian masuk Leiden, ada yang harus dikuasai Alex Maramis yakni bahasa Yunani dan Latin.
Selama di Leiden, Alex Maramis terlibat dalam organisasi mahasiswa Perhimpunan Indonesia (Indische Vereeniging). Pada 1924, ia terpilih sebagai sekretaris perhimpunan tersebut. Alex Maramis lulus dengan gelar “Meester in de Rechten” (Mr/ Sarjana Hukum) pada tahun yang sama.
Berbeda dengan pejuang lain yang hanya bergelut dalam politik pergerakan, Alex Maramis juga fokus sebagai profesional. Ia berdinas sebagai pengacara di Pengadilan Negeri di Semarang, Jawa Tengah, pada 1925. Setahun kemudian ia pindah ke Pengadilan Negeri di Palembang, Sumatra Selatan.
Baca juga: Rohana Kudus Ditetapkan Sebagai Pahlawan Nasional
Alex Maramis termasuk anggota Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI dan salah satu dari 15 orang bergelar Mr. Orang yang belajar hukum sepertinya tentu diperlukan dalam menyusun peraturan perundangan.
Alex Maramis tergolong minoritas secara etnis dan agama. Bersama Johannes Latuharhary dari Ambon, ia mewakili kalangan Indonesia timur, yang mayoritas penduduknya beragama Kristen. Ia termasuk ke dalam Panitia Sembilan, dan satu-satunya orang Kristen dari 8 orang lain yang nasionalis-Islam (Abikusno, Agus Salim, Kahar Muzakkir, dan Wahid Hasyim) maupun nasionalis-sekuler (Hatta, Sukarno, Soebardjo, dan Yamin).
Alex Maramis pun menjadi salah satu orang yang menandatangani Piagam Jakarta pada 22 Juni 1945, bersama 8 anggota Panitia Sembilan lainnya.
Alex Maramis diangkat sebagai Menteri Keuangan dalam kabinet Indonesia pertama pada 26 September 1945. Ia menggantikan Samsi Sastrawidagda yang pada awalnya diberi jabatan tersebut pada waktu kabinet dibentuk pada 2 September 1945.
Sastrawidagda mengundurkan diri setelah hanya menjabat selama dua pekan karena sakitnya. Sastrawidagda adalah orang pertama yang ditunjuk sebagai Menteri Keuangan Indonesia, tetapi karena waktunya yang sangat singkat, Maramis dapat dianggap, secara de facto, sebagai Menteri Keuangan Indonesia pertama.
Sebagai Menteri Keuangan, Alex Maramis berperan penting dalam pengembangan dan pencetakan uang kertas Indonesia pertama atau Oeang Republik Indonesia (ORI).
”Dalam jabatan tersebut, Alex Maramis menandatangani uang RI yang pertama. Uang tersebut adalah Oeang Republik Indonesia, yang lebih terkenal dengan ORI,” kata Fendy E.W. Parengkuan dalam biografi A.A. Maramis, SH.
Uang-uang ORI yang beredar pada sata itu ialah pecahan 1, 5, dan 10 sen, dengan ditambah ½, 1, 5, 10, dan 100 rupiah. Ketika ORI pertama kali beredar pada 30 Oktober 1946 yang bertandatangan di atas ORI adalah Alex Maramis meskipun sejak November 1945 ia tidak lagi menjabat sebagai Menteri Keuangan.
Pada waktu ORI beredar yang menjadi Menteri Keuangan adalah Sjafruddin Prawiranegara di bawah Kabinet Sjahrir III. Tanggal terbit ORI, 30 Oktober, setiap tahunnya kemudian dirayakan sebagai Hari Uang Nasional.
Di antara tahun 1950 dan 1960, Alex Maramis pernah mewakili Indonesia sebagai Duta Besar untuk empat negara; Filipina, Finlandia, Jerman Barat, dan Uni Soviet. Sebelumnya pada 1 Agustus 1949, ia diangkat sebagai Duta Istimewa yang bertanggung jawab untuk mengawasi perwakilan-perwakilan Indonesia di luar negeri.
Setelah hampir 20 tahun tinggal di luar Indonesia, Alex Maramis menyatakan keinginannya kembali ke Indonesia. Saat pulang ke Indonesia, Alex Maramis yang kala itu berusia 80 tahun, sudah setengah sakit.
Pada bulan Mei 1977, ia dirawat di rumah sakit setelah mengalami pendarahan. Alex Maramis akhirnya tutup usia di Rumah Sakit Angkatan Darat Gatot Soebroto pada 31 Juli 1977.
Baca juga: Presiden Beri Gelar Pahlawan Kepada 6 Tokoh Bangsa
Pada 8 November 2019, Alex Maramis dianugerahi gelar Pahlawan Nasional oleh Presiden Joko Widodo dalam sebuah upacara di Istana Negara, Jakarta. Perwakilan keluarga ahli waris yang menerima penghargaan ialah Joan Maramis, cucu dari Alex Maramis.
Sebelumnya Alex Maramis sudah pernah menerima sejumlah penghargaan. Pada 60-an, ia pernah dianugerahi penghargaan Bintang Mahaputra Utama dan Bintang Gerilya. Alex Maramis juga secara anumerta dianugerahi Bintang Republik Indonesia Utama pada 12 Agustus 1992.
Alex Maramis diakui MURI sebagai Menteri Keuangan yang tanda tangannya paling banyak menghiasi uang kertas di Indonesia. MURI mencatat, ada 15 uang kertas yang berbeda pada antara tahun 1945-1947 yang dibubuhi tanda tangan Alex Maramis.
”Ini adalah satu rekor yang dramatis, berbeda dari rekor-rekor lain yang diberikan MURI,” ujar Ketua MURI Jayasuprana kala itu.
(Sumber:goodnewsfromindonesia.id).